Rasanya
sangat bersalah sekali jika saya tidak menulis artikel ini dan membagikannya
pada pejuang-pejuang beasiswa yang pernah senasib dengan saya atau pembaca blog
saya yang dari dulu bosan dengan kegagalan saya.
Sebenarnya
tangan saya sudah terasa kaku untuk menulis setelah berbulan-bulan tidak
mempunyai nafsu untuk berkata-kata tentang PERJUANGAN di blog ini, sejak saya
memutuskan menikah dan berhenti mengejar sesuatu yang pernah menggelapkan mata
saya, yaitu BEASISWA.
Namun,
sekarang beda ceritanya.
Tak
usah ditanya lagi, sudah berapa kali saya gagal mendapatkan beasiswa? Dan sudah
berapa kali saya mengikuti test TOEFL ITP untuk bisa mencapai nilai di atas
500? Semuanya sudah tertulis lengkap di blog saya.
Saya
kira semuanya itu akan sia-sia dan percuma. Semenjak menikah, semua persyaratan
beasiswa yang pernah saya ikuti itu saya masukkan ke map, saya tutup
rapat-rapat, dan tak ingin menyentuhnya lagi.
Walaupun
begitu, saya tetap memutuskan melanjutkan pendidikan saya ke jenjang S2 meskipun
tanpa beasiswa. Saya sedikit melupakan perihnya mengejar beasiswa dan mulai
menikmati pernikahan saya yang masih sangat muda. Bertambah lupa lagi setelah
saya merasakan ada sesuatu di perut saya, janin.
Mengurus
suami, berangkat dan pulang kuliah, mengerjakan tugas, dan menyelesaikan pekerjaan
rumah. Hidup saya begitu-begitu saja tanpa pernah kepo dengan dunia beasiswa lagi. Apalagi hormon ibu hamil muda
mulai menyerang saya saat itu. Mual, ngantuk, dan malas.
Motivasi
saya tiba-tiba berubah setelah melewati satu semester perkuliahan. Kala itu,
salah seorang teman mengirim brosur Beasiswa Unggulan di grup Whatsapp kami.
Seperti masih trauma, saya hanya melihat persyaratannya saja lalu menutupnya
kembali. Namun, melihat suami yang harus menanggung biaya kuliah saya, membuat
saya terpaksa membuka kembali map beasiswa yang telah tertutup rapat di lemari
saya.
Dengan
perut yang mulai membesar, saya mondar-mandir ruang Kaprodi untuk mengurus
segala macam persyaratan administrasi yang tertulis di brosur Beasiswa
Unggulan. Beasiswa yang mengcover
biaya semester, biaya hidup, dan biaya buku itu menawarkan 3 macam jalur
beasiswa. Beasiswa Masyarakat Berprestasi, Beasiswa Pegawai Kemendikbud, dan
Beasiswa Mahasiswa Asing.
Dan
yang paling memungkinkan bagi saya adalah Beasiswa Masyarakat Berprestasi
On-going. Kenapa On-going? Karna saya sudah menjalani perkuliahan satu semester
di Kampus saya. Apakah harus berprestasi untuk mendaftar Beasiswa Unggulan
Masyarakat Berprestasi? Iya, tapi tidak harus juara Olimpiade nasional atau
Internasional. Seperti apa yang sudah saya lampirkan di seleksi administrasi
kemarin, saya hanya upload sertifikat beberapa konferensi yang pernah saya
ikuti, sertifikat penghargaan sebagai panitia seminar atau workshop, dan sertifikat
pengalaman mengajar. Gak harus WOW kan?
Lalu,
Bolehkah mahasiswa baru yang belum mulai belajar mendaftar Beasiswa Unggulan?
Boleh, sangat boleh. Asalkan melampirkan LoA (Letter of Acceptance) atau Surat
Penerimaan Mahasiswa Baru yang dikeluarkan oleh Universitas terkait. Bagi
mahasiswa On-going seperti saya, LoA dapat digantikan dengan Surat Keterangan
Kuliah yang menyatakan bahwa pelamar adalah benar mahasiswa di Universitas
tersebut. Dimana bisa mendapatkan surat tersebut? Biasanya di bagian Tata Usaha
masing-masing jurusan.
Tentunya,
persyaratannya tidak hanya itu dan tidak sesimple
itu. The more you get, the harder you
fight. Jadi, anda harus fighting
dengan syarat-syarat berikut :
- Kartu Tanda Penduduk (KTP)
- Kartu Tanda Mahasiswa (khusus On-Going)
- LoA Unconditional (Untuk On-Going ganti dengan surat tanda aktif kuliah)
- Kartu Hasil Studi (KHS) terakhir (Khusus On-Going)
- ljazah dan transkrip nilai terakhir
- Sertifikat TOEFL/IELTS (TOEFL/IELTS untuk S1 tidak diwajibkan)
- Proposal rencana studi (rencana perkuliahan dan sks per-semester yang akan ditempuh hingga selesai studi, topik apa yang akan ditulis dalam skripsi/tesis/disertasi, deskripsikan aktivitas di luar perkuliahan yang akan dilakukan selama studi dan bagaimana implementasi hasil studi di masyarakat)
- Surat rekomendasi dari civitas akademik atau institusi terkait
- Surat pernyataan tidak sedang menerima beasiswa sejenis dari sumber lain
- Sertifikat prestasi Nasional atau lnternasional
- Esai menggunakan Bahasa Indonesia dengan judul: "Aku Generasi Unggul Kebanggaan Bangsa Indonesia" ditulis sebanyak 3-5 halaman pada kertas A4 dengan format huruf Times New Roman ukuran huruf 12 dengan spasi 1.5 line
Coba dibaca dulu
satu-satu gan, terus pantengin kira-kira mana yang masih asing atau gak ada di
persyaratan beasiswa lain. Pasti yang saya merahin kan? Dont be worried! Everything needs trick. Para pemburu beasiswa
pasti sudah membaca banyak referensi tentang bagaimana trik menaklukkannya. If
dunno, just PM to me...! :D
Well, proses
administrasi sudah terlewati dan tinggal menunggu pengumuman selanjutnya untuk
mengikuti tes wawancara. Saya sih easy
going saja waktu itu. Lolos ya alhamdulillah, gak lolos ya syudah. Toh saya
sudah biasa gagal. Iya tho?
Eeh, tiba-tiba ada notifikasi
di akun BU saya, “Dinyatakan lulus seleksi administrasi”. Saya masih biasa
saja, belum terlalu senang. Karna masih ada tahap wawancara yang gak tau saya
bakalan lolos lagi atau tidak. Bukan pesimis, tapi lebih ke nyiapin mental
kalo-kalo gagal lagi. eehh.. :D
Walaupun biasa saja,
saya sedikit gupek. Karna tes wawancara diadakan 2 hari setelah pengumuman
seleksi administrasi. Mendadak sekali kan? Padahal normalnya, beasiswa lain
memberi waktu sekitar seminggu untuk menyiapkan diri ke tahap wawancara. Sedangkan,
saya harus wawancara di Jakarta. Belum nyiapin ini itu kan? Dan saya sedang
hamil besar loh. Sungguhh tega...
Dengan ditemani suami
tercinta, saya cuus terbang ke Jakarta. Sempet dilarang sama petugas kesehatan di bandara, karna
kehamilan saya sudah 32 minggu dan tensi saya tinggi saat itu. Tapi saya
pastikan kalo saya baik-baik saja. “Oke, ini terbang yang terakhir ya mba..”
begitu kata bapak-bapak di ruang medical.
Saya betul-betul tidak
menyiapkan kata-kata untuk menjawab pertanyaan pada saat wawancara. Hanya saja,
saya ingat betul apa yang saya tulis di essay yang saya buat. Dan it works well. Apa yang saya ceritakan
di essay saya, ya itulah yang ditanyakan oleh interviewer saat itu. Intinya, Who
are you? What are you doing? Dan Why are
you here? Ceritakan siapa diri anda, apa kontribusi dan prestasi anda
selama ini, dan kenapa anda layak mendapatkan Beasiswa Unggulan. Just simple questions, but hati-hati gerak-gerik anda sangat
diperhatikan karna rata-rata pewawancaranya adalah dosen Psikologi. Anda
bohong, kelar hidup anda! :D
Proses wawancaranya
sebentar, hanya sekitar 15 menit. Tapi ngantrinya itu loh gan, bisa sampek
seharian. Sayapun langsung pulang setelah wawancara selesai. Dan menunggu
hasilnya sekitar hampir satu bulan. Saya cukup was-was. Bukan dengan hasil
wawancaranya, tapi jika saya lolos tahap wawancara, artinya saya harus tanda
tangan kontrak ke Jakarta dan tidak boleh diwakilkan. Lalu bagaimana jika
jadwal wawancaranya bersamaan dengan saya melahirkan?
Dan
benar saja, setelah pengumuman keluar, saya lolos dan harus tanda tangan
kontrak sebagai akad pencairan dana beasiswa. Tanda tangan kontrak yang
dijadwalkan tanggal 24 Mei 2017 itu bertepatan dengan kehamilan saya ke 36
minggu. Sedangkan, HPL dari dokterpun jatuh pada 2 Juni 2017. Impossible kan? Naik pesawat udah gak
mungkin lagi, naik bis apalagi.
Saya
langsung konsultasi via telepon ke pihak BU sehari setelah menerima email
notifikasi kelulusan. Hanya 2 jawaban dari pihak BU yang saya prediksi, diwakilkan
suami atau beasiswanya hangus. Saya sedikit deg-degan. Bismillah, saya mulai
mengetik nomor kantor Beasiswa Unggulan. Dan seorang pria baik hati menjawab
dan memberikan solusi yang sangat fair
bagi saya. Pihak BU akan segera mengirimkan kontrak beasiswa via email. Dan saya
cukup cetak, tanda tangan, lalu mengembalikannya via pos. Setelah beberapa
minggu tiba-tiba ada petugas yang mengkonfirmasi bahwa ada kesalahan pada
berkas yang saya kirim. Dan saya tidak menyadarinya. Beliaupun meminta saya
untuk mengirim ulang berkasnya via pos. Anggapan saya bahwa Beasiswa Unggulan
itu ribet dan kaku, ternyata salah.
Dan
siapa yang menyangka, pada 19 Mei 2017 tepat 4 hari sebelum jadwal tanda tangan
kontrak, saya melahirkan seorang putri cantik bernama Humaira Ainun Mardhiah. Sungguh,
Allah sebaik-baik pengatur urusan dan rizky hambaNya.