Sudah lebih
dari 2 bulan, tak ada cerita apapun yang terposting di blog saya. “Males”
mungkin salah satu alasannya, namun itu bukan alasan mutlak. Sayapun menghiraukan
paksaan murid saya untuk kembali menulis cerita (Miss tau, kalian cuma mau baca
novel gratis kan... :p). Mungkin mereka menganggap semua cerita yang ada di blog
saya adalah khayalan belaka. Sehingga, kapanpun saya bisa merangkai alur ceritanya,
membeberkan betapa kejam tokoh antagonisnya, menjelaskan bagaimana tokoh
protagonissaat membantu saya, dan membuat pembaca terharu dengan ending yang bikin merinding. Anggapan
itu salah.Padahal, cerita-cerita yang mereka baca itu dirangkai oleh Sang
sutradara handal dan profesional, Dia yang menetapkan tokoh-tokohnya, Dia yang
membuat klimaksnya, dan Dia yang menentukan endingnya
menjadi luar biasa dan tak terduga. Saya hanya mengalaminya dan menuliskannya.
Setelah 2
bulan vakum dari dunia BLOGGER, saya berencana untuk membuat cerita surprisebagi mereka yang menanti
pengumuman beasiswa saya di pertengahan November. Banyak dari teman-teman saya
yang sengaja bertanya kapan pengumumannya, ada yang salah persepsi saat saya
update PM tentang beasiswa, dan ada juga yang mengira saya sudah di Aussie.
Saya sempat tak bisa menjawab pertanyaan mereka saat angka di bulan November
sudah mulai habis. Namun, saya meyakini “peserta yang tidak lolos mungkin
menerima email lebih dulu. Sedangkan jika sampai saat ini saya belum juga
menerima email, semestinya saya lolos.” Anggapan itu seakan menjadi harga mati
yang selalu lengket di otak saya. Hari-hari saya lalui dengan hal-hal positif
dan khayalan panjang saat di Aussie nantinya. Pasalnya, beasiswa AAS
(Australian Awards Scholarship) adalah harapan terakhir saya setelah ditolaknya
aplikasi Fulbright dan NZAS sebelumnya.
November sudah
berlalu. Seakan saya hafal sekali dengan pergantian tanggal akhir-akhir itu.
Tiba saatnya 1 Desember, tanggal pembuka di penutup tahun 2015 yang saya nantikan
keistimewaannya. Namun, hari yang akan saya sebut istimewa justru menjadi “Black Day”. Cerita surprise yang saya rencanakan untuk ditulis di blog ini SIRNA. Saya
semakin enggan membuka blog untuk berbagi cerita kegagalan saya yang ke sekian
kalinya. Pembaca blog saya pasti tak tertarik lagi dengan cerita yang selalu
bikin “mewek”. Alhasil, saya hanya melampiaskan kesedihan itu melalui paragraf
pendek di Facebook saya.
Diary of A Scholarship Hunter
3 tahun sudah, dengan 5 kali aplikasi, saya
berjibaku dengan sengitnya dunia Beasiswa. Sengit namun membuat saya sangat
penasaran akan hal di dalamnya, Toefl, form aplikasi, karya tulis, calon
supervisor, jurusan, universitas, dll.
Hari ini, December 1, 2015, Saya menerima
pengumuman beasiswa terakhir dari 3 aplikasi beasiswa berbeda yang saya ajukan
bersamaan tahun ini. Australia Awards Scholarship, beasiswa yang saya damba2kan
di antara beasiswa yang lain. Silahkan googling,
kenapa beasiswa tersebut menjadi idola.
Lalu, apa hasilnya? Saya optimis, aplikasi
saya pasti masuk shortlisted dengan pertimbangan saya sudah meraih beberapa hal
yng menurut saya cukup membanggakan sebelumnya.
Optimisme saya itu membuat saya membayangkan
hal2 positif. Saya mulai memikirkan 'test Ielts' dan 'interview'. Hari2
sebelumnya, saya mulai berlatih Listening Ielts. Saya sedikit puas. Di drill
pertama, saya meraih 23 jawaban benar dari 40 soal. Namun itu belum seberapa
jika ingin mendapatkan skor 5,5. Pagi hari tadi sebelum berangkat sekolah,
tiba2 saya ingin membuka map merah berisi print out aplikasi AAS saya. Saya
hanya ingin memastikan, alamat mailing yang sudah saya masukkan benar, agar
undangan test Ielts dan Interview untuk saya segera saya terima. Siang tadi,
saya baru saja selesai mengunduh video trik Ielts di Youtube dengan wifi gratis
di sekolah tempat saya mengajar. Saya sangat bersemangat mempelajarinya
sepulang sekolah. Belum sempat saya membuka hasil unduhan tadi, tiba2 handphone
saya berbunyi. Email dari Australia Awards Sholarship. Apa isinya?
Izinkan saya meneteskan air mata, walaupun
hati saya tetap kuat. Tak ada prasangka buruk sama sekali terhadapNya. Semua
ini sudah diatur olehNya. Lalu, akankah saya menyerah setelah kegagalan kelima
ini? Jawabannya 'Tidak!'
Saya ingin dan harus berjuang lagi.
Menyelamatkan mimpi yang belum kunjung tergapai. Mungkin saja usaha saya belum
cukup genap jika harus ditukarkan dengan mimpi besar saya "Studying
overseas country". :) :) :)
Penantian
saya, orangtua, dan teman-teman sudah terjawab. Mereka mencoba menenangkan saya
dengan berkomentar di status saya, mengirim chat di bbm, dan menyampaikannya
secara langsung. Sebelumnya sayapun sudah siapkan mental jika tidak lolos,
namun saya tak bisa menyembunyikan air mata. Kesedihan itu saya luapkan dalam
do’a sehabis sholat dhuhur:
“Allah, apa permintaanku ini terlalu mustahil untukku?
Apa permintaanku ini tak sesuai dengan kemampuanku?Apa aku tak boleh merasakan
pendidikan yang lebih tinggi seperti teman-temanku? Atau kurang keraskah
usahaku? Kau maha melihat seperti apa perjuanganku. Ini semua tak mungkin
terjadi jika bukan kehendakMu.Maafkan aku, tak ada sedikitpun niat menyesali
ketentuanMu. Yakinku tak akan hilang padaMu. Allah, bolehkah aku jujur? Aku
sudah lelah... Bolehkah aku berhenti berjuang? Tapi bagaimana dengan impianku?
Apakah Kau masih ingin melihatku memperjuangkannya lagi? Kejutan apalagi yang
akan Kau berikan untukku setelah ini?”
Tak terasa
sajadah yang saya sujudi itu basah. Namun, saya tak mau berlarut-larut dalam
kepedihan. Esok harinya, saya mencari kembali informasi beasiswa di internet.
Saya mulai mempelajari dan memahami karakteristiknya. Saya unduh semua
informasi terkait dengannya. Lalu saya ganti kertas-kertas latihan IELTS di
meja belajar saya dengan soal-soal latihan TOEFL ITP. Saya berlatih kembali
untuk meraih nilai yang lebih tinggi dari test sebelumnya.Saya memaksakan diri
untuk tetap semangat, namun air mata sayapun terpaksa jatuh juga saat
mengingatnya kembali. Hari-hari saya cukup kelabu.
Bagaimana
bisa? 15 jutaa? Yang beneer? Darimana uang segitu banyak? Mungkin itu yang ada
di benak anda. Coba kita flashback ke tulisan yang pernah saya
posting 3 bulan yang lalu. Masih ingatkah anda dengan cerita “JALAN PANJANG MENUJU CLARK, FILIPINA PART I
& II”...??? Mungkin saya perlu mengutipnya kembali di sini.
Sigap
dan optimis, saya percepat langkah ke bagian keuangan yang tidak jauh dari
DP2KD. “Mbak, saya mau ngecek proposal saya dari sekolah blah blah blah dan masuk tanggal blah blah blah, apakah SK nya sudah keluar?”. Petugas yang sedang
santai dengan santainya juga membuka laptopnya dan mencari data-data proposal
yang ada. Sambil menunggu beliau, dengan tegangnya saya berdoa dalam hati “Ya
Allah pliis, pliis, pliis!!”. Lalu, terdengar jawaban “Proposalnya masuk ke perubahan lo mbak, SK nya belum keluar, kalo bisa
cair ya mungkin Oktober”. Saya lemaas... jadi gak bisa cair secepatnya ya
mbak?, Beliau menjawab, sekarang prosedurnya memang seperti itu. Saya pasang
muka melas, “tolong mbak... saya harus berangkat ke Filipina 2 minggu lagi!”.
Petugas cantik itupun melimpahkan saya pada atasannya, saya pasang muka melas
lagi pada atasannya. “Pak, tolong pak, saya mohoon!”. Beliau yang sedang
terburu-buru menghadiri rapat menjawab “Kami hanya sebagai pelaksana mbak,
prosedurnya ya memang seperti itu”. Pemda yang saya harap-harapkan akan
berkontribusi besar, ternyata sebaliknya. Seakan saya hampir putus asa. Tinggal
1 tahap lagi pencairan, tapi Allah belum berkehendak. Ya sudah, saya pulang
dengan tangan dan harapan kosong.
Kekecewaan
saya terhadap Pemda pada saat itu membuat saya berpikir mustahil proposal saya
akan cair di akhir tahun ini.Apalagi, saya sudah bisa berangkat ke Filipina dengan
bantuan lain selain dari Pemda. Namun, Allah selalu bisa membuat saya
tersenyum. Bagaimana rasanya? Jujur, setelah mengetahui kabar bahagia itu, saya
tersenyum, tersipu,mata saya berkaca-kaca. Bagaimana perasaan anda saat kekasih
anda memberi kejutan yang luar biasa kepada anda?Apakah cinta anda bertambah? Begitulah
yang saya rasakan kepadaNya.
Di sisi lain,
pasti anda bertanya-tanya “Buat apa uangnya?” Sepertinya, saya juga belum
memikirkannya. Namun, hal yang terlintas di pikiran saya, “Saya harus
memikirkan mereka yang pernah membantu saya sebelum ke Filipina, terutama orang
tua saya.” Saat ini, proposal permohonan pencairan dana sedang saya buat. Semoga
secepatnya bisa cair.
Pernahkah anda
mengalami hal di luar nalar seperti ini? Sekali lagi, tangan Allah akan datang
pada mereka yang mau berusaha. Maka, selalu percayalah pada sebuah perjuangan.
Apapun usaha anda Inshaallah akan dibayar lunas olehNya. Begitu pula dengan
perjuangan beasiswa saya. Kejutan-kejutan seperti itu yang membuat saya ketagihan
untuk mencoba lagi walaupun sudah 5 kali gagal. Anda berapa kali? Atau bahkan
belum pernah mencoba sama sekali? Cobalah, pasti anda akan merasakan betapa
sayangnya Allah pada anda. Keep trying... :)