^_^ Acknowledgment ~~ Atas saran sahabat saya Royana Mukorobin, akhirnya cerita yang sengaja saya simpan, terposting juga di halaman blog saya. Cerita ini hanyalah bagian kecil dari kehidupan saya, seorang wanita lemah yang sedang memperjuangkan sesuatu di tengah kenyataan hidup yang pahit bagi saya. Tidak ada unsur show off, melainkan saya hanya ingin berbagi cerita dan pengalaman yang saya rasakan saat ini. Dan kiranya cerita ini bisa membangun hal positif bagi pembaca. Have a nice reading :)
Jangan Salahkan
Tuhan
Setiap orang pasti punya rencana, target, cita-cita,
harapan, dan kesuksesan. Hidup yang hanya flat-flat saja akan menghasilkan
kualitas hidup yang flat juga. Dan saya pun tidak menginginkannya. Saya lahir
dari keluarga yang tidak begitu berlimpah harta, sederhana, disiplin,
menomorsatukan pendidikan, dan mengutamakan sebuah perjuangan tanpa kata instant. Yahh,, begitulah! Karna ibu dan
bapak saya adalah seorang pengais rizki di lingkungan pendidikan yang dulunya
berasal dari keluarga tidak mampu. Ketika mengenal kata DEWASA, dan mempunyai
umur yang selayaknya sudah dewasa, saya pun merasa harus menata hidup. Berawal
dari tahun ketiga di bangku Sarjana, saya mulai berani membuat draft rencana akademik
versi saya untuk beberapa tahun ke
depan (berpura-pura yakin sesuai dengan rencana versi Tuhan). Kurang lebih seperti ini :
Rencana Versi Saya
|
||
No.
|
Rencana Akademik
|
Kenyataan
|
1.
|
Lulus Sarjana tepat waktu
|
Wished
|
2.
|
Melanjutkan Pascasarjana DN
(Alternative)
|
Wished
|
3.
|
Apply beasiswa Master LN
|
Wished
|
4.
|
Apply CPNSD (Alternative)
|
Wished
|
Nb
: Sukses versi saya jika
point 1-4 tercapai
|
Itulah point-point perjuangan kedepan yang saya anggap
mulus untuk dilalui nantinya. Tapiii.. eiitss, tunggu dulu!! Kalo berjalan mulus,
ngapain harus di post kayak
gini. No catching one donk..!! Alias gag
ada serunya. Kita akan bandingkan di akhir cerita, Apakah rencana versi saya akan sesuai dengan rencana versi Tuhan, ataukah sebaliknya? Simak
perjuangan saya per point berikut ini, here we goo....!!! :D
^_^ Target Pertama
: Lulus Sarjana tepat waktu
Sarjana saya memang bisa dibilang saangat mulus,
sedikit hambatan, dan berujung dengan hasil yang mengharukan. Pasalnya, sebelum
mengambil Sarjana Pendidikan dalam program Pendidikan Bahasa Inggris, saya pun
sudah melalui pahitnya sebuah do’a sederhana yang belum terkabulkan (tapi tetap
bersyukur donk :) ). Yahh pantas saja kan kalo Tuhan
melancarkan jalan saya, la wong abis sedih ya dikasih seneng toh Jon Jonn.
Begitu kiranya kalau diucapkan dengan logat Jawa. Hahaha...
Seneng nya si gak lama-lama, itupun hanya 3 tahun awal
selama proses penyelesaian Sarjana saya. Trus setelahnya gimana..?? Ihh kepo
ah!! :D
Pada umumnya, Sarjana maksimal ditempuh selama 4
tahun. Namun, alhamdulillah dengan jalan dari Allah, bersama 800 teman-teman
yang lain kami berhasil menyelesaikannya sekitar 3 tahun 5 bulan (Target 1 = Achieved). Eits,, bukan itu
fokus cerita yang akan saya bagi. Tapi, 3 tahun terakhir nya itu lohh... yang
harus, kudu, and wajib di share!
5 bulan sebelum pelepasan mahasiswa Sarjana (atau
Wisuda), adalah masa di mana hati, pikiran, dan hidup saya mulai bergejolak.
Saat itu entah mengapa, saya termotivasi melanjutkan study saya ke jenjang
Pascasarjana (Mungkin karna didorong-dorong terus sama temen-temen and dosen
saya). Awalnya orang tua saya tidak setuju, tetapi karna melihat kemauan dan
kemampuan saya yang keras, akhirnya mereka merestuinya. Horee..!! Seneng dehh..
setidaknya langkah awal sudah terbuka. Saatnya menentukan pilihan Universitas
mana dan Program Study apa yang akan saya ambil. Pilihan pun jatuh pada
Universitas Sebelas Maret (UNS) pada Program Study Pendidikan Bahasa Inggris
(tentunya berdasarkan beberapa pertimbangan). Mulailah saya siapkan formulir
pendaftaran, persyaratan, dan surat rekomendasi dari beberapa dosen. Walaupun
saat itu saya sedang bermain ria dengan skripsi saya, tapi pengajuan lamaran
Pascasarjana pun harus diajak main juga. Form pendaftaran sementara sudah
terisi, surat-surat rekomendasi dari 3 dosen sudah di tangan saya, tinggal
nunggu ijazah dan transkrip nilai. Pada saat itu muka saya begitu berseri-seri,
membayangkan suatu cita-cita besar yang akan segera saya genggam dan hadirkan
pada kedua orang tua saya. Tapi, apakah wajah saya akan terus berseri, lalu apa
yang akan terjadi selanjutnya? Mari kita menuju ke target kedua... lets go!
^_^ Target kedua :
Melanjutkan Pascasarjana Dalam Negeri (Alternative)
Mungkin ada tanda tanya ya di atas kepala, kok itu ada
‘Alternative’ di dalam kurung? Yahh, jadi begini... saya pun bukan anak yang
terlalu egois terhadap orang tua, saya juga memikirkan biaya yang akan
dikeluarkan bapak ibu saya, mengingat biaya Pascasarjana menjulang tinggi
setiap tahunnya. Sedangkan, saya sudah menghabiskan banyak biaya di Sarjana
saya. Di sisi lain, saya juga berharap cita-cita saya tercapai, dan nantinya
juga untuk membahagiakan orang tua. Nahh, muter-muter kan. Jadi intinya, saya
juga berusaha mencari gratisan belajar (alias beasiswa) agar dapat sedikit
meringankan beban orangtua saya. Jika beasiswa itu tak tercapai, Pascasarjana
biaya mandiri lah alternative nya. Tapi, target utama saya sebenarnya adalah
memburu beasiswa. Are you clear? Or clear-clear? LOL..
Itu sih baru rencana, selanjutnya kan tidak tahu. 4
bulan sebelum mendekati Wisuda Sarjana, saya coba-coba mengikuti test TOEFL ITP
di Universitas Lampung. (Kronologi test nya dapat di baca di artikel lain di
Blog saya ini #TEST TOEFL YANG
BERKALI-KALI). Bermodalkan skor 503, saya merasa sedikit percaya diri
menjual kemampuan saya di Luar Negeri. Program Fulbright FLTA 2014 (Foreign
Language Teaching Assistant) telah mencuri perhatian saya. Walaupun program
non-degree, yang ada di benak saya “yang penting bisa ke luar negeri gratis”
:D. Namuunn... :( , saya mendadak sedih pada saat itu,
admin FLTA membalas email saya dan berkata “tidak boleh memakai Surat
Keterangan Lulus, silahkan mencoba tahun depan”. Sedangkan saya sudah selesai
ujian skripsi, tinggal menunggu yudisium. Terpaksa saya urungkan niat saya.
Saya simpan sementara sertifikat TOEFL saya, lalu saya fokus ke pengajuan
lamaran Pascasarjana UNS. Hari-hari tetap berlalu dengan sedikit sendu. Saya
pun menyibukkan diri assisting di Language Institute campus saya. Ketika itu,
tiba suatu hari kelam yang masih saya ingat sampai sekarang, tiba-tiba handphone
saya berbunyi dan terlihat ibu saya menelpon. Saya terdiam mendengar ibu saya
yang tak berhenti bicara, nafas saya serasa tersentak, dada saya sesak, air
mata saya tumpah, mulut saya tak bisa berkata apa-apa, saya pun tak bisa
mendengar teriakan teman di dekat saya.
“Bapak saya dipukul habis di jalan siang bolong, punggungnya
dihantam dengan clurit, motornya diambil, bapak saya terjatuh, dan tas yang sangat
berarti itu diambil juga oleh ketiga ‘fucking men’ yang bersenjata api. Tas
yang tak bisa diselamatkan, berisi Rp. 125.000.000,00 , iyaa juta bukan ratusan
ataupun puluhan.”
Saya tertunduk lemas, handphone yang masih aktif itu
saya letakkan perlahan, lalu saya diberi minum oleh teman saya. Inikah
kenyataan yang harus saya terima, kenapa harus terjadi di saat saya mempunyai
harapan besar pada kedua orangtua saya. Yahh, ternyata itu nyata, bukan mimpi, di
saat saya pulang ke rumah dan memastikan kejadian itu. Bapak saya terlihat
stress, linglung, bingung, memikirkan beban untuk menanggung dan mengganti uang
yang tak kembali hingga sekarang, pasalnya uang itu adalah gaji guru-guru
se-Kecamatan. Semua orang mencoba menguatkan keluarga kami. Dan seketika saya
memikirkan Pascasarjana saya, bagaimana dengan form pendaftaran yang sudah
terisi penuh? Bagaimana surat-surat rekomendasi yang sudah di tangan saya? Lalu
bagaimana masa depan saya? Bagaimana cita-cita saya? Saya harus bagaimana?
Pertanyaan-pertanyaan itu muncul di hati saya yang ketika itu sedang menangis
pilu. Tak mungkin saya seegois itu, memaksakan kehendak di tengah musibah yang
menimpa orang tua saya. Akhirnya dengan berat hati saya memutuskan, application
Pascasarjana UNS saya gagalkan (Target 2
= Failed). Itulah hidup, skenario Tuhan yang tak akan pernah diketahui oleh
hambaNya. Lalu pantaskah kita menyalahkan Tuhan? Sungguh tidak. Akan ada
keindahan di balik kesedihan. Dan itupun benar adanya.
Satu bulan setelah kejadian itu, saya diwisuda oleh
campus tercinta saya Universitas Muhammadiyah Metro, Lampung. Sehari sebelum
hari H, saya menyiapkan surprise untuk bapak ibu saya. Kedua orangtua saya pun
bingung, ketika mereka saya minta untuk duduk di kursi paling depan pada saat
acara wisuda esok harinya. Ketika saatnya tiba, nama saya dipanggil dengan
lantang, yahh sangat lantang dan bangganya, Eka Pra Setiyawati sebagai wisudawati terbaik tingkat Universitas dan
terbaik II tingkat FKIP dengan IPK 3,86. Sontak bapak ibu saya terkejut,
rupanya mereka menangis terharu. Mereka mungkin bangga, tapi di sisi lain bukan
karna itu. Beliau membayangkan, apa jadinya jika bapak mati terbunuh
bajingan-bajingan itu dan tak bisa melihat anaknya dipanggil ke depan membawa
penghargaan itu. Allah pun masih memberi nikmat hidup daripada nikmat harta. Ketika
jalan pulang, saya disambut senyum lebar oleh ibu bapak saya. Mereka tampak
senang sekali. Kami masuk mobil rental untuk pulang ke rumah. Lima menit kami
di mobil, tiba-tiba ada cletusan kata-kata dari sang sopir mobil, “Orang berprestasi itu belum tentu sukses,
contohnya saya!” Subhanallah, baru sebentar kami tersenyum, sudah ada yang
menyakiti lagi. Kami sekeluarga terdiam, dan membiarkan beliau melanjutkan
omongannya. Kata-kata itu membakar motivasi saya untuk balas dendam positif
pada beliau. Lihat saja suatu hari nanti...! Cita-cita yang hampir hilang
ditelan kesedihan, tiba-tiba muncul akibat perkataan itu. Lalu bagaimana
langkah saya selanjutnya? Inilah target ketiga saya... keep smile :)
^_^ Target ketiga
: Apply Beasiswa Luar Negeri
Walaupun dalam keadaan rapuh, semangat juang tetap ada
dalam diri saya. Kala itu saya yakinkan diri, saya harus bangkit dari keadaan
yang menjepit ini. Mulailah saya buka laptop, saya klik MOZILLA - GOOGLE lalu
saya tulis di kolom SEARCH “ Beasiswa Master Luar Negeri tahun 2014 dengan TOEFL min 500”. Kenapa ada kata “TOEFL min 500”? Yahh.. karna kemampuan TOEFL yang saya punya terbatas. Sedetikpun, semua hasil muncul dengan
cepat. Top rank yang muncul adalah Beasiswa
Australian Awards 2014. Dengan rasa penasaran, saya mulai membaca-baca
persyaratannya dan biaya yang di cover oleh beasiswa tersebut. Ternyata
beasiswa AAS itu adalah beasiswa bergengsi di Indonesia yang masih baru di
telinga saya. Sekitar 3000an orang memburunya setiap tahun, dengan kuota
tersedia 500 untuk PhD dan Master. Luar biasa sekali peminatnya, karna memang
beasiswa AAS adalah beasiswa paling royal di antara beasiswa-beasiswa yang lain
dengan persyaratan yang tidak terlalu rumit. Nahh kalo kayak gitu siapa coba
yang gag mau ikut...! Sepintas, saya agak sedikit tertarik, lalu saya melihat
sertifikat TOEFL saya, tapi saya belum sepenuhnya yakin. Apply gak ya.. apply
gak ya.. !! Seolah ada bisikan di telinga saya, “apply saja, kalo gak dari
beasiswa kayak gini mana bisa kamu lanjut ke S2!”. Hati saya pun membenarkan.
“Ahh saya harus apply..”. Keesokan harinya, saya beranikan diri mengadukan
cita-cita pada orangtua saya yang sedang dirundung pilu. Awalnya mereka tidak
merestui saya sama sekali untuk kuliah di luar negeri. Saya menunduk dan
berbicara pelan-pelan, air mata saya pun tak dapat terbendung (khawatir jika
orangtua saya tidak menyetujuinya). Namun apa yang saya dengar, sangat
mengejutkan. Orangtua yang awalnya melarang keras, kini mengizinkan bahkan
mendukung saya kuliah ke luar negeri. Mungkin karna keadaan ekonomi yang
mengubah pemikiran kedua orangtua saya kala itu. Saya bahagia luar biasa,
semangat saya membara, keyakinan saya pun juga menambah. Saya mulai berjuang,
mencari informasi, memecahkan pertanyaan-pertanyaan dengan bantuan orang-orang
baik di belakang saya. Sungguh seperti dilancarkan oleh Tuhan...
Sepuluh hari sebelum deadline pengiriman berkas
beasiswa (18 Juli 2014), saya dibantu sahabat-sahabat saya mendatangi kantor
post. Bismillah, berkas applikasi saya kirim ke Jakarta. Dan tinggal menunggu
pengumuman seleksi berkas pada bulan Desember. Penantian panjang yang saya isi
dengan do’a dan sujud harapan. Suatu malam pun saya terbangun, mendengar bapak
ibu sibuk ke kamar mandi. Penasaran, saya mengintip dari korden kamar saya. Ya Allah Subhanallah... mereka bertahajjud
untuk saya. Ketika mereka tidak mempunyai apa-apa, tidak mampu membahagiakan
anaknya dengan harta, mereka pun sanggup membahagiakan dengan do’a-do’a.
Tiba-tiba air mata saya menetes dengan sendirinya. Saya ikut bangun, mengambil
air wudhu, dan mencurahkan isi hati saya kepada Sang Pemilik Hidup. Waktu
berlalu semakin cepat, bulan demi bulan berganti begitu saja, hingga tiba
saatnya di penghujung bulan November. Malam hari, 21 November 2014, seperti
biasa saya belajar IELTS untuk persiapan test lanjutan jika berkas beasiswa
saya diterima. Dan sebelum saya memulainya, entah mengapa saya ingin sekali
membuka email saya setelah 10 hari offline. Saya kaget, ada tulisan “Australia
Awards” pada inbox saya. Yang saya tahu, pengumuman seleksi berkas jatuh pada
bulan Desember. Tapi ternyata dimajukan. Apa yang saya lihat pertama kali? Saya
menyembunyikan rasa terkejut saya.. Alhamdulillaaahh, inilah yang saya lihat :
Saya tidak tahu, ucapan Alhamdulillah saya pecah
menjadi deruan air mata. Saya mencoba tegar, tapi tak bisa. Saya berharap ada
kata “Congratulations..” pada email itu. Tapi, ternyata tidak (Target 3 = Failed).
Ibu saya pun bingung menenangkan saya. Ketika saya sudah
mulai tenang, saya memberi kabar kepada orang-orang yang telah baik pada saya.
Inilah testimoni mereka mengetahui saya TIDAK LOLOS beasiswa AAS :
Ada yang tidak terima, ada yang menguatkan, ada yang
kecewa, dan masih banyak lagi. Mereka menyampaikan semuanya dengan lisan maupun
tulisan.
Saya memang down, down sekali. Bagaimana tidak, hati
saya yakin seyakin-yakinnya. Persyaratan yang diminta sudah saya penuhi, dan
semuanya eligible menurut saya. Tapi entahlah, A lucky was not on me! Saya
masih harus belajar untuk berjuang. Hati saya sedikit terobati, setelah dosen
saya yang juga peraih beasiswa Master Degree di USA, menceritakan kegagalannya
yang berkali-kali. Take it easy, dearest Eka...! yahh.. I am trying being fine.
Lalu, semangat saya tiba-tiba tersentak. Kan masih ada harapan terakhir
walaupun itu alternative bagi saya. Yuk, next ke target terakhir... :) ( :( )
^_^ Target Keempat
: Apply CPNSD (Alternative)
Target terakhir ini memang saya jadikan alternative,
karna sebenarnya bapak saya yang berambisi bukan dari hati kecil saya. Dari
awal, entah mengapa PNS bukanlah hal yang sedang saya kejar untuk saat ini,
tetapi tetap saya jalani demi senyum orangtua saya. Selisih waktu test CPNSD
dan pengumuman beasiswa AAS sangatlah berdekatan. Waktu berjam-jam,
berhari-hari, dan berbulan-bulan yang lalu saya habiskan untuk mempelajari
IELTS, bukan soal-soal CPNSD. Ketika waktunya tiba, saya mengikuti test CPNSD
sebagaimana mestinya. Enjoy, lepas, dan bodo amat. Tapi sedikit deg-degan
dengan soal-soal yang saya anggap lebih sulit dibandingkan soal-soal TOEFL. Dan
apa yang terjadi, nilai saya TKP= 144, TWK=80, TIU=60. Yahh, di bawah passing grade yang seharusnya
TKP=126, TWK=70, TIU=75. Saya mengakui, usaha saya kali ini memang tidak
maksimal. Tapi, hati saya tak sesedih ketika saya tidak lolos beasiswa AAS. Ya
sudaaah... riski saya bukan di sini kali ya! Mencoba menghibur diri di depan
bapak saya. Dan beliau pun mengiyakan dengan sedikit kecewa. Saya si gak tau
itu bakalan lolos atau tidak karna itu belum resmi diumumkan (Target 4 = Waiting). Siapa tahu kan
ada mukjizat trus nilai saya berubah gede gitu, trus saya masuk kriteria gitu.
(aduuhh aduuhhh menghayalnya kelewatan). #Tepokjidat
Lagi, lagi... saya laporan ke orang-orang yang telah
baik pada saya. Dan, inilah reaksi mereka...
Jelas sudah, harapan terakhir sayapun akan segera
punah. Akan takutkah saya untuk bermimpi lagi? Jawabannya tidak, sama sekali
tidak. Saya tidak takut untuk bermimpi. Satu proverb yang tetap melekat di hati
saya, “There’s light at the end of the
tunnel”. Itulah rangkaian kata yang saya jadikan motivasi setiap kali saya
menemui kegagalan. Tapi lagi lagi, sebuah senyum hadir setelah adanya air mata.
Di waktu yang bersamaan dengan test CPNSD, ada pemberitahuan masuk "Your
essay rocked!". Subhanallah, senang bukan kepalang. Beberapa hari
sebelumnya, saya mengikuti Contest Essay ASEAN COMMUNITY. Dan essay saya
terpilih untuk dipublikasikan di ASEAN Journal (Essay tersebut akan saya
posting juga di blog ini). Allah tak mau melihat saya sedih berlama-lama,
orang-orang baik telah dikirimkan pada saya untuk mengubah mimik yang muram
ini.
Hidup
memang tak semudah, tak semulus, tak selancar yang kita bayangkan. Namun saya
yakin, akan ada kebahagiaan di balik semua perjuangan kita yang pedih. Lebih
baik koreksi diri, perbaiki diri, rendah hati, tetap bersyukur daripada harus
seudzon dengan ketentuan Tuhan. Inilah akhir dari rencana versi Tuhan yang
hampir 75% tidak sesuai dengan rencana versi saya.
Rencana Versi Tuhan
|
||
No.
|
Rencana Akademik
|
Kenyataan
|
1.
|
Lulus Sarjana tepat waktu
|
Achieved
|
2.
|
Melanjutkan Pascasarjana DN
(Alternative)
|
Failed
|
3.
|
Apply beasiswa Master LN
|
Failed
|
4.
|
Apply CPNSD (Alternative)
|
Waiting
|
Nb
: Tuhan tidak tidur
|
Itulah, cerita haru dan pilu yang semoga menginspirasi
teman-teman sekalian. Saya tidak akan canggung berbagi kegagalan saya di media
ini. Dan suatu saat, saya juga tidak akan segan-segan berbagi cerita kesuksesan
atas kegagalan-kegagalan saya. Doakan saya, doakan mimpi-mimpi saya. Saya akan
kembali dengan cerita yang insyallah tidak menyedihkan lagi. See yaa... :)
(Written on December 7, 2014, 8.47 a.m by Eka Pra Setiyawati)
(Written on December 7, 2014, 8.47 a.m by Eka Pra Setiyawati)
Allah tau yang terbaik bwt kita. semua kejadian pasti ada hikmahnya. semua terjadi agar kita jadi org yg tangguh pantang menyerah n bersyukur. semangat echa axiss ; )
BalasHapusSaya menyakini itu diyah :) semoga sajaa... makasi yaa semangat ny sayang
BalasHapus:) baru kali ini aku terharu gara2 kamu,,.
BalasHapusHiks hiks... baru kali ini aku berhasil bikin km terharu
HapusAs you could see how stars enlighten the sky and some of them fall a part down the earth.....as you could feel how hurt you are...yet, you have a long time to go. Go get TRY and try...until then you rocked it nd other people would say. " " congratulation
BalasHapusEka..." one of them would probably me....
That's the point, Im fine with this.. how the rude this way is, Thanks for planning to say it later on. Let me try it hard to get the word "Congrats" :)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusterharu uty baca nya dek.. mewek lagi.... *pasti ada jalan
BalasHapusheheh... alhamdulillah skrng udah bangkit lagi utyy... aku ra po po ty :D
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusTerus gmana hasil PNSnya kak eka?
BalasHapus