Tak disangka, kata-kata menyedihkan saat membuka bungkus snack berhadiah, membuat para pembeli
geram dan semakin penasaran.Pasalnya, kalimat “Anda belum beruntung, coba lagi!” bukannya membuat mereka psimis tapi
malah membuatnya semakin optimis untuk beli snack
lagi. Alhasil, diboronglah satu pack
snack itu, lalu dibuka bungkusnya satu-satu sampai ketemu kata “Selamat, anda beruntung!”. Anda pernah melakukannya?
Hahaha... kok sama!
Gan, itulah perjuangan! Tak disadari bukan? Perjuangan demi
mendapatkan hadiah “penjepit rambut
kecil” atau “miniatur robot yang tak
seberapa” di dalam bungkus snack.
Lalu, haruskah memborong semua snacknya?
Jika anda berkata “harus”, maka anda lah pejuang yang sebenarnya. Pepatah jawa
mengatakan “Lek kepengen turah, yo kudu gelem kutah”. Anda mungkin sudah mulai
memikirkan makna di balik cerita di atas yang memalukan namun tak bisa
terelakkan.
Jika anda pejuang beasiswa, lalu samakah dengan pejuang snack berhadiah? Mari pikirkan itu
baik-baik. Seharusnya sih sama karna sama-sama berjuang. Tapi mungkin saja
langkahnya berbeda. Pejuang beasiswa tak hanya membuka website beasiswa lalu
ditutup lagi, tak hanya membayangkan persyaratannya lalu nge-downsenge-down-ngedownnya, tak
hanya melihat pesawat melintas lalu berkhayal terbang ke Inggris, tak hanya
melihat deskripsi negara Itali lalu kebawa mimpi, tak hanya ingin menyaksikan
musim gugur lalu tak bisa tidur. Lantas, seperti apakah pejuang beasiswa yang
sesungguhnya? Pejuang yang ulung adalah seperti pejuang snack berhadiah yang berani mencoba membuka bungkus pertama meski
gagal, dan mencoba membukanya lagi untuk kedua, ketiga, keempat, kelima,
keenam, bahkan ketujuh kalinya.
Yang perlu diresapi adalah, pejuang beasiswa seharusnya
optimis mencari bungkusan “Congratulation!!!” dalam
perjuangannya yang beberapa kali. Tapi itulah kenyataan yang berbeda dengan
pejuang snack berhadiah.Siapa yang
tahu di percobaan ke berapa kita akan berhasil. Tugas kita hanyalah berusaha
keras, berusaha lebih keras, dan berusaha lebih keras lagi. Bercermin mungkin
saja bisa menjawab pertanyaan besar “Kenapa saya gagal?”, “Sudah seberapa besarkah
usaha saya?”, “Pantaskah dengan usaha seperti ini, saya berhasil?”.
Keberhasilan hanyalah soal waktu, sekarangkah, tahun depankah, atau beberapa
tahun yang akan datang.
Seperti yang saya rasakan. Ketika gagal datang, sedih sih
pasti!.Tapi menyindir diri sendiri lebih sering saya lakukan,salah satunya melalui
artikel yang saya tulis ini. Tak lain, hanyalah untuk membangkitkan keadaan
seperti semula. Pejuang beasiswa sangat riskan sekali dengan keadaan emosional
yang terkadang naik turun. Yang bisa menstabilkannya hanyalah motivasi. Jika orang lainpun enggan
memotivasi, ya diri sendiri lah yang harus melakukannya. Why not, huh!
Kegagalan demi kegagalan alhamdulillah menambah nikmat saya
untuk berjuang, tak lolos Student Exchange ke USA tahun 2012, gagal juga ikut
FLTA AMINEF ke USA tahun 2014, gagal lanjut Master Study di Indonesia, gagal
berkali-kali saat test TOEFL, dan gagal administrasi berkas beasiswa MASTER
Degree AAS ke Australia tahun 2014. Rasanya saya trauma untuk mencoba lagi,
tapi orang-orang yang punya cerita kegagalan lebih banyak dari saya, secara
tidak langsung membangkitkannya lagi. Hingga saya sadar, perjuangan saya belum
seberapa! Lalu, ukurlah seberapa perjuangan anda setelah melihat kegagalan saya!
Mungkin saja jauh lebih banyak atau masih di bawah saya. Who knows!
Tahun 2015, adalah tahun kebangkitan saya yang luar biasa.
Alih-alih mengingat masa lalu saat berburu “uang Rp. 5000” di snack berhadiah, sayapun menerapkannya
saat berburu beasiswa di tahun ini. Dengan bermodalkan motivasi yang tinggi,jabatan
guru honorer muda, prestasi yang gak seberapa, keadaan tempat tinggal yang
rawan, publikasi seadanya, English
Profeciency yang gak bagus-bagus amat, saya nekad mengundi nasib dengan
beberapa aplikasi ke 3 negara berbeda; Australia, Amerika, dan Selandia Baru.
Disebutnya beasiswa itu dengan beberapa istilah berikut; Australia Awards
Scholarship (www.australiaawardsindonesia.org) , Fulbright Master Degree Program (www.aminef.or.id), dan New Zealand ASEAN Scholars
Awards (www.aid.govt.nz/schols). Bagaimana bisa?, Rumitkah?, 3
sekaligus dalam waktu bersamaan?
Rumit sih pasti, tapi jika sudah niat serumit apapun insyaallah
bisa diatasi. Dont you believe? Hanya modal satu sertifikat TOEFL, dan satu
pokok personal statement, ternyata
kita bisa menduakan bahkan menigakannya.Anda pasti tahu kan, ada banyak sekali
jenis beasiswa yang menawarkan kebutuhan belajar yang sangat bervariasi. Ada
yang membolehkan membawa keluarga dan ada juga yang tidak, ada yang hanya mengcovertuition fee nya saja, ada yang stipend per bulannya sangat royal, dan
ada juga yang pas-pasan. Yang jelas, anda harus cerdik dalam mencari
selingkuhan yang berbobot. Dan, sayapun baru mempelajari kriteria
selingkuhannya. Kita lihat apakah berhasil semua, atau gagal semua, ataukah
berhasil salah satunya? Ihh.. horor banget kalo ngomongin
hasil.
Setiap aplikasi beasiswa memang selalu ada kolom, “If you
are currently applying for
other scholarship programs or holding any other scholarship, please specify program and
status ofyour application” yang harus diisi (APPLICABLE/ NOT APPLICABLE) oleh
applicants. Pasalnya, penyelenggara beasiswa mana yang mau diduakan? Mereka pasti
tak mau merugi atas applicants yang tiba-tiba menolak atau membatalkan di
tengah jalan. Lalu, kenapa saya melakukannya? Sedikit licik memang, tapi nasib
orang siapa yang tahu. Setiap aplikasi beasiswa yang berbeda, kolom tersebut
selalu saya kosongkan. Sekali-kali PHPin penyelenggara beasiswa. Hahak..
Keliatannya terlalu PEDE, namun sebenarnya mereka TAK MUNGKIN juga
memperebutkan sosokgak seberapa seperti saya. Hihih!
Dan pada kenyataannya saya sudah ditolak oleh salah
satu dari ketiganya. Uhh, so hurty.. :’(. Pada tanggal 6 Agustus 2015 yang
lalu, hape saya berdering tanda pemberitahuan email masuk, tak sengaja saya
langsung membukanya, dan berisi :
Dear Eka Pra Setiyawati,
We thank you for your recent
application for New Zealand ASEAN Scholarship. We regret to advise you that
your application was unsuccessful. Please find attached, an official letter of
your application outcome. We thank you for your interest and wish you all the
best in your future endeavors.
Best
regards,
New
Zealand Scholarships Team.
Anehnya,
saya malah tersenyum lebar setelah membacanya. Pasalnya, saya sudah memprediksi
kegagalan itu. Alhamdulillah emosi saya tetap stabil. Karna target beasiswa tersebut
adalah orang-orang bagian Timur yang dianggap belum maju, jadi saya pikir masih
banyak yang lebih membutuhkan dari saya. Perlukah saya ke Papua? Ohh tidak
perlu. Cukup tunggu saja dua keputusan lainnya sampai akhir tahun ini, dan saya
tidak tahu apa yang akan terjadi.
Selagi masih bisa berdiri, bangkit, dan berusaha, impian mana
yang tak mungkin ditaklukkan. Your dream
comes true, only if you make it true, cited in Hitam Putih.Salam beasiswa!
Semanngat ya mbeb.. :*
BalasHapusMungkin sruh nikah dlu.. :p
Nikah kan bawa rizki..
Iya mbeb.. :*
BalasHapusBiar yng muda2 dulu lah yng nikah duluan, yng tua masih berkarya :p