Tak sabar rasanya ingin mengungkapkan semuanya lewat tulisan
ini. Tulisan abadi yang sengaja saya buat agar memotivasi anak cucu saya nanti,
tulisan-tulisan yang entah ke berapa kalinya singgah di blog kesayangan, blog
yang saya buat 3 tahun yang lalu di warnet dekat kost-an, yang tiba-tiba penuh
saat saya merasa ingin menyendiri, mengetik kata demi kata yang dibarengi
dengan air mata, dan mengungkap semua angan dan kenyataan yang saya anggap impossible. Saat itulah, saya sedikit mampu
mendewasakan diri setelah kehilangan arah satu tahun yang lalu. Ahhh sudahlah, jadi
melow gini..
Well, anda pernah menemui kalimat ini “There’s
light at the end of the tunnel”?, Tahu artinya?. There is = ada, light =
cahaya, at = di, the end of = ujung, the
tunnel = terowongan. Lalu apa maksudnya? Anda akan lebih memahami maknanya
di akhir cerita saya ini. Here we go!
Cerita kali ini, tak jauh jauh dari beasiswa namun tepatnya
juga bukan tentang beasiswa. Meskipun masih ada hubungannya dengan aplikasi
beasiswa. Nah, muter-muter! Dalam aplikasi beasiswa AAS (Australia Awards
Scholarship) 2015 ini saya sudah cantumkan “Combination” (antara research dan
coursework) di kolom Type of Study.
Artinya, mau tidak mau saya harus melakukan 50% riset dan 50% kuliah di kelas
saat menempuh Master Study nanti. Calon pembimbing saya (Mr. Michelle Kohler) di Flinders
University yang telah menyetujui permintaan saya pun sudah akan menggodok
kemampuan riset saya nantinya jika lolos beasiswa, ingat jika LOLOS. Kepikiran
dengan hal itu, saya berniat menambah pengalaman riset saya yang masih NOL BESAR sebelum benar-benar
dinyatakan sebagai awardee (sebutan untuk penerima beasiswa AAS). Diadakanlah
penelitian kecil-kecilan di salah satu kelas di mana saya mengajar. Namanya
penelitian tindakan kelas atau sering disebut PTK. Classroom Action Research itu sangat matang saya peroleh saat
beberapa bulan sebelum diwisuda. Artinya, langkah dan tujuan risetnya masih
lengket sekali di otak saya. Walaupun proposal riset yang saya ajukan ke AAS
berupa RND (Research and Development), setidaknya saya mempunyai research records yang bisa menambah poin
plus di CV saya. Hmmm...
Tak berhenti disitu, ketika melihat-lihat new feeds di FB, dosen saya mengupload
salah satu artikelnya yang telah dimuat di Jurnal Internasional. Wow, keren
juga ya.. Hati kecil sayapun iri, lalu kebayang dan hanya membayangkan tanpa
menginginkan sesuatu. Bagaimana kalau penelitian iseng-isengan itu saya ajukan
ke Jurnal Asia ya? Sekali lagi, ini hanya membayangkan saja, membayangkan untuk
kedua kalinya. Pasalnya, tahun lalu abstrak skripsi saya pernah saya ajukan ke
konferensi yang sama, dan ditolak. Sebagai
gantinya, atas kehendak Allah, saat itu dosen pembimbing skripsi saya tiba-tiba
memanggil saya untuk meminta persetujuan bahwa skripsi saya (satu-satunya dari semua
skripsi bimbingan beliau) akan dimasukkan ke Jurnal Prodi Bahasa Inggris dan
beliau sebagai peneliti keduanya. It’s fine sir, with pleasure. Begitu saya
menjawab dan dalam hati berkata “kalo gak bisa ke Jurnal Internasional, Jurnal lokal
dulu tak apalah”. Lalu, serasa hati saya mengiyakan untuk mencoba mengajukan ke
konferensi internasional untuk kedua kalinya pada tahun ini. 29 Mei 2015, dikirimlah
abstrak penelitian itu ke website Asian EFL Journal Conference. 12 jam
setelahnya, sang Administrative Assistant, Eva Guzman pun membalas email saya
dengan diawali kata “Greeting!”. Alhamdulillah, baru membaca kata itu saja saya
sudah excited banget, tanpa
melanjutkan kalimat setelahnya. Karna saya sudah PEDE abstrak saya pasti
diterima. Huahah..
LoA (Letter of Acceptance) pun sudah tersimpan di file
download, lalu saya terdiam memikirkan biaya akomodasi, registrasi, dan SANGU
nantinya. Oh God!! Ternyata sementara sekali senengnya. Berkurang lagi senengnya
saat saya tak berani mengatakan masalah biaya pada orang tua saya. Hingga
akhirnya ada yang menyarankan untuk membuat proposal permohonan dana. Beberapa
hari setelahnya, dengan persetujuan dan surat tugas dari Kepala Madrasah, proposal
saya sudah siap diajukan. Ada beberapa institusi yang saya targetkan, dan saya
prediksi akan menghasilkan. Diantaranya ; Pemda Lampung Timur, Kemenag Lampung
Timur, BMT Mitra Dana Sakti, PT. PGN Labuhan Maringgai, dan Sekolah tempat saya
mengajar.
Saya ikat bendera di kepala erat-erat, saya gulung lengan
baju saya, saya cincing rok hitam yang sering saya pakai, saya tarik nafas
dalam-dalam dan berkata “Bismillahirrohmanirrohim”. Perjuangan pun dimulai.
Dimulai dengan modal nekad, tanpa ada keberanian tinggi, dan tanpa pernah
melakukannya sebelumnya. Pasalnya, saya bukan organisator ulung jaman kuliah
dulu. Saya juga tak pernah menjadi seksi humas saat ada event apapun. Saya hanya anak rumahan, yang sering berinteraksi
dengan laptop, tv, handphone, dan buku saja. Jujur, saya tak pandai menghadapi
orang GEDE’AN. Saya hanya bisa bermodalkan “Robbi Srohli Sodri Wayasirli Amri,
ilaakhirihi.....” yang dipesankan oleh rekan saya.
8 Juni 2015 adalah awal kaki ini melangkah dengan membawa 2
proposal berbeda yang ditujukan ke arah yang sama, Pemda Lampung Timur dan
Kemenag Lampung Timur. Kebetulan, dua tempat itu sama-sama berada di Sukadana. Di
luar dugaan, bapak saya yang awalnya selalu beda pendapat dengan saya dan
selalu melarang saya untuk ini itu, malah dengan setia menemani perjuangan saya
kesana kemari. Sebaliknya, ibu saya yang biasanya selalu mengerti kemauan anaknya
malah membuat saya ngedown dan
psimis. Sungguh aneh!
Saya dan bapak menggebu-gebu tanpa arah saat memasuki kantor Pemda Lam-Tim, target pertama saya. Semua orang ditanya, bagaimana dan kepada
siapa saya harus memberikan proposal saya ini? dan satu jawaban yang meyakinkan
kami dapat, kepada Sekretaris Daerah. Ditemuilah ibu Sekda itu diruangnya,
namun tutup. Satpol PP menyarankan kami untuk menunggu sebentar, namun sudah
hampir 1 jam tidak muncul juga. Perut yang berbunyi terus saya ganjal dengan
snack Malkist tanpa air minum. Saat itu adalah tengah hari terik yang membuat
perut cepat kosong dan dahaga. Lalu, kami memutuskan untuk menyusul ibu Sekda
yang katanya sedang rapat. Alhasil, kami berhasil menemui beliau di ruang DP2KD.
Saya juga tidak tau apa kepanjangan dari DP2KD, yang jelas orang-orang disana
menyebutnya seperti yang saya dengarkan itu. Ibu Sekda yang sedang sibuk menata
berkas-berkas menghentikan pekerjaannya setelah saya menyapanya, dan
menyerahkan proposal saya. Beliau pun tidak langsung menerima proposal saya,
disuruhnya saya menemui staff di Kabag Umum untuk mendisposisi proposal saya
sebelum masuk ke Sekda. Alhamdulillah sudah didisposisi, lalu saya serahkan
kembali kepada Bu Sekda. Beliau dengan senang hati menerima proposal saya dan
meminta no contact person saya (lagi)
padahal sudah ada di biodata dalam proposal saya. Dan berkata “Tunggu saja
kabar dari sini, nanti jika sudah tembus insyaallah dikabari ya Eka.” Saya pun
sudah lega se lega-leganya. Setidaknya proposal saya sudah masuk.
Target kedua ; Kemenag
Lam-Tim. Kami
datangi kesana yang berjarak 2,5 kilogram dari Kantor Pemda Lam-Tim (Ehh..
Kilometer). Karna sudah belajar dari target pertama, di Kemenag pun langsung
saya masuki ruang Kabag Umum agar proposal saya didisposisi terlebih dahulu.
Sayangnya, pejabat setempat sedang tidak ada. Jadi saya tinggal begitu saja
dengan lagi-lagi dimintai contact person oleh
staff Kabag Umum. Lalu, saya pulang
dengan harapan besar bisa dipanggil secepatnya. Setiba dirumah, dengan begoknya
saya baru kepikiran “Kok tadi gak minta CP orang sana ya!, gimana mau memantau
perjalanan proposalnya!, ahhh... Ekaa!!!” (Kesal pada diri sendiri).
Target ketiga ; BMT
Mitra Dana Sakti. BMT
yang terbesar di Lampung Timur itu berada tidak jauh dari rumah saya, sekitar
20 menit perjalanan. Saya telpon General Managernya untuk mengetahui kapan
beliau bisa ditemui. Kebetulan, sebelumnya sudah pernah ngobrol dan sharing di
suatu acara wisuda di sekolah yang beliau dirikan. Sehingga, saya tak canggung
lagi untuk sekedar ingin menyampaikan proposal saya. Keesokan harinya, tepat
jam 8 pagi saya menemui beliau di kantor pusat BMT Mitra Dana Sakti Semarang
Baru. Saking keasikan sharing tentang PERJUANGAN, yang tadinya beliau buru-buru
akan pergi ke Bandar Lampung, akhirnya dicancel.
OMG... bagaimana tidak, ngobrol dari jam 8 sampai jam 10.30. Sungguh luar biasa
perjuangan beliau yang dari NOL itu. Serasa saya mendapat pelajaran hidup
setelah mendengarkan cerita mirisnya. Tapi point utama saya adalah PROPOSAL,
jadi dibacanya proposal saya dengan sangat teliti dan menginterogasi ini itu,
lalu menyuruh saya untuk meninggalkan kertas-kertas berarti yang saya masukkan
ke map warna merah itu di atas meja. Dan beliau berkata “Insyaallah nanti saya
kabari mba Eka”. Kata-kata yang sama dengan orang-orang di target pertama dan
kedua. Saya pun pamit pulang dengan harapan yang sangat besar juga.
Target keempat ; PT.
PGN Labuhan Maringgai.
Perusahaan gas negara yang sekitar 15 kilo dari rumah menjadi target saya
selanjutnya. Perusahaan yang pernah berbaik hati memberi beasiswa pada saya
saat menempuh S1 sangat saya harapkan bantuannya untuk kedua kalinya. Saya
langsung datangi kesana, lalu saya titipkan proposal saya pada security di
gerbang masuk. Sebelumnya, sudah saya konsultasikan pada salah satu pegawai
kecamatan, orang yang merekomendasikan saya mendapatkan beasiswa PGN saat itu.
Beliau pun hanya bisa mengkoordinir beasiswa kolektif, bukan individual seperti
proposal saya. Dan lagi-lagi saya pulang begitu saja dan lupa meminta contact person orang perusahaan. Dan
security yang tak banyak bicara itu juga tak berkata apa-apa. Subhanallah
ekaaa...!!! Kzl, Kzl, Kzl...
Target terakhir ; MA
Ma’arif 06 Pasir Sakti. Sebelum saya melangkah pada target pertama sampai keempat, Kepala
Madrasah sayapun sebenarnya sudah paham. Beliau merespon baik laporan saya atas
dimintanya saya menyajikan hasil penelitian di Clark dan meminta saya untuk
menghadirinya. Dan kata-kata terakhir beliau yang melekat di ingatan saya
“Insyaallah nanti dari sekolah juga membantu Miss Eka”. Ahahaha... itu yang
saya tunggu-tunggu. Semua surat tugas, surat permohonan, dan lain lain di
proposal saya sudah selesai ditandatangani oleh beliau. Obrolan kecil dengan
beliau pun saya akhiri dengan ucapan “Terimakasih banyak” dan berjabat tangan.
Nama MA Ma’arif 06 Pasir Sakti jelas-jelas ada di abstrak yang saya kirim ke
Asian EFL Journal. Jadi, saya sangat yakin dan berharap besar dengan anggapan
“Saya ke Phillipin membawa siapa?”.
Semua target sudah terlaksana. Sekarang penasaran kan dengan
hasilnya. Coba tebak berapa yang saya peroleh, dari nominal 2 juta – 10 juta?
Ahahah.... Check it out on part II..!
To be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar