Bayangan memang terkadang tak sesuai dengan kenyataan. Tapi,
terkadang juga kenyataan tidak lebih buruk dari bayangan. Jika usaha sudah
terlampaui, hanya doa dan tawakal yang menyusul setelahnya. Ketika dalam
keadaan terhimpit, saya sering teringat isi cerita Ust. Yusuf Mansyur di Radio
Ramayana yang sering saya dengarkan setiap jam setengah 6 pagi dan sore saat di
kost-an dulu.
Seorang laki-laki yang terjerat banyak hutang dan nyaris cerai dengan
istrinya, yang tak punya apa-apa lagi selain pakaian yang ia gunakan, berniat
bunuh diri namun belok ke masjid setelah mendengar adzan. Mampirlah dia ke
masjid, lalu membaca salah satu surat dalam Al Qur’an setelah sholat Subuh yang
disarankan oleh imam masjid. Atas kehendak Allah, ada banyak hal di luar nalar
yang dialami laki-laki itu. Sehingga, semua masalahnya selesai dengan cara
Allah yang tak pernah disangka oleh hambaNya. Kunfayakun!
Sayapun mengadopsinya, membaca surat Al waqi’ah sehabis sholat Subuh. Dan kita lihat dengan cara Allah,
apa yang akan saya alami. Here we go..!
Sebulan setelah saya mengajukan proposal ke Pemda Lam-Tim,
saya coba melacak sudah sampai mana proposal saya. Saya berangkat dari rumah
jam 7 pagi dan tiba di sana jam 9 pagi. Di
target pertama saya, Pemda, langsung saya hampiri staff DP2KD menanyakan
proposal saya. Mereka pun bertanya balik, proposal apa mbak? Masuk tanggal
berapa? Saya menjawab proposal konferensi Asian EFL Journal di Filipina masuk
tanggal 8 Juni 2015. Mereka mencoba mencari di buku pendataan, dan tidak
menemukannya. Mereka yang menganggap proposal saya sebagai proposal konferensi
Asia Afrika menyatakan tidak tau, dan sepertinya belum masuk ke DP2KD. Muka
saya berubah pucat, dan bertanya pada mereka “Kira-kira lama gak ya mbak
prosesnya”?. “Ohh ya bisa setahun baru cair mbak. Kalaupun sudah diproses,
pasti proposal mbak mampir ke kita juga. Prosesnya itu panjang, harus melewati
3 tahap dulu baru bisa nyampek ke kami”. Begitu mereka menjawab. Saya terdiam,
lalu mereka menyarankan agar saya menemui orang yang pertama kali menerima
proposal saya, Ibu Sekda.
Bergegaslah saya ke ruang beliau, dan melaporkan apa yang
menjadi maksud saya. Dicarinya lagi tanggal masuk proposal saya, dan tidak ada
kata beliau. Saya bertambah pucat. Lalu beliau menyarankan saya untuk
menanyakan pada Kabag Umum. Kembali saya ke ruang yang saya lewati saat menuju
ruang Sekda tadi. Dengan cemas saya bertanya, “Pak, adakah proposal dari MA
Ma’arif Pasir Sakti yang masuk tanggal 8 Juni 2015”?. Tak lama, langsung dicari
oleh beliau namun sampai 30 menit pun tak ada hasil sama sekali. Saya serasa
ingin menangis di hadapan beliau. Saya kembali lagi ke ruang Sekda dengan mata
berkaca-kaca dan mengadukannya. Dibukanya lagi buku pendataan beliau, ternyata
kata yang ditulis pertama bukan MA Ma’arif Pasir Sakti melainkan Eka Pra
Setiyawati. Haahhh... muka kusut saya drastis berubah jadi senyum lebar se
lebar-lebarnya. Alhamdulillah. Beliau menyuruh saya ke ruang Protokol, di
lantai dua. Pasalnya, proposal saya sudah naik kesana artinya tahap Sekda sudah
terlewati.
Tanpa lama-lama, saya langsung memeriksa kesana. Saking
optimisnya, sampai-sampai saya salah ruang. Bertanyalah pada satpol PP disana,
dan ketemu. Saya cek ulang, lagi-lagi mereka merasa tidak menerima proposal
saya dari Sekda. Saya berusaha meyakinkan mereka bahwa Ibu Sekda sudah
menyampaikan kesini. Dicarinya lagi, dan ketemu. Ternyata proposal saya sudah
masuk ke DP2KD, ruang yang pertama kali saya tuju dan menganggap proposal saya
sebagai konferensi Asia Afrika. Hahaha.. Ketika saya menghampiri mereka lagi
dengan membawa catatan pengantar dari bagian Protokol, mereka keheranan dan
mencari lagi proposal saya di buku pendataan. Ketemu sudahh.. “ohh dari MA
Ma’arif ya, kirain tadi bilangnya Konferensi Asia Afrika”. Saya hanya tertawa
mendengar celotehan mereka. Sambil menulis kode masuk proposal saya untuk
diberikan ke bagian keuangan, dengan antusiasnya mereka juga menjelaskan
tahapan pencairan dana yang paaanjang dan lamaaa. Mulai masuknya proposal ke
Kabag Umum – Sekretaris Daerah – Protokol – DP2KD – Bagian Keuangan – Pos
Bantuan – Pencairan. Huuuh.. saya mengusap dahi yang penuh keringat itu,
setidaknya proposal saya sudah hampir ke tahap pencairan.
Sigap dan optimis, saya percepat langkah ke bagian keuangan
yang tidak jauh dari DP2KD. “Mbak, saya mau ngecek proposal saya dari sekolah blah blah blah dan masuk tanggal blah blah blah, apakah SK nya sudah
keluar?”. Petugas yang sedang santai dengan santainya juga membuka laptopnya
dan mencari data-data proposal yang ada. Sambil menunggu beliau, dengan
tegangnya saya berdoa dalam hati “Ya Allah pliis, pliis, pliis!!”. Lalu,
terdengar jawaban “Proposalnya masuk ke perubahan lo mbak, SK nya belum keluar,
kalo bisa cair ya mungkin Oktober”. Saya lemaas... jadi gak bisa cair secepatnya
ya mbak?, Beliau menjawab, sekarang prosedurnya memang seperti itu. Saya pasang
muka melas, “tolong mbak... saya harus berangkat ke Filipina 2 minggu lagi!”.
Petugas cantik itupun melimpahkan saya pada atasannya, saya pasang muka melas
lagi pada atasannya. “Pak, tolong pak, saya mohoon!”. Beliau yang sedang
terburu-buru menghadiri rapat menjawab “Kami hanya sebagai pelaksana mbak,
prosedurnya ya memang seperti itu”. Pemda yang saya harap-harapkan akan
berkontribusi besar, ternyata sebaliknya. Seakan saya hampir putus asa. Tinggal
1 tahap lagi pencairan, tapi Allah belum berkehendak. Ya sudah, saya pulang
dengan tangan dan harapan kosong.
Beberapa hari kemudian, tanggal 11 Agustus 2015, seluruh guru
PAUD, TK, SD, SMP, dan SMA se-kecamatan Labuhan Maringgai diundang acara Halal
Bi Halal di SD Negeri Karya Makmur oleh Bapak Bupati Lampung Timur, Erwin
Arifin. Kesempatan itupun saya gunakan secerdik mungkin. Dengan alasan, saya
ingin menghadap pak Bupati secara personal. Di akhir acara, saya hubungi rekan
bapak saya yang menjabat sebagai kepala UPTD Labuhan Maringgai. Saya sampaikan
ke beliau bahwa saya ingin menyampaikan beberapa hal yang sudah tertulis di
proposal saya. Beliau mengiyakan dan menyampaikannya pada asisten yang
mendampingi Bupati, petugas protokol. Lagi-lagi, sebelum asisten itu
menyetujui, beliau menginterogasi maksud saya menemui pak Bupati. Dengan sengitnya
terjawab, “maaf mbak bukannya tidak boleh, prosedur pengajuan dana di Pemda
memang seperti itu. Kalo mbak menghadap Bapak, nanti malah terjadi
kesalahpahaman antara beliau dan pegawainya.” Oke, saya sudah paham jawabannya.
Saya pulang lagi dengan harapan yang lebih kosong.
Esok lusanya, kebetulan saya ikut bapak ke Sukadana. Saya hanya
ikut-ikut saja, ternyata bapak menghadiri pertemuan juru bayar se-Lampung Timur
dan ternyatanya lagi dihadiri oleh Bapak Bupati. Saya siapkan jurus cerdik
lagi. Di akhir acara, saya bermaksud menyindir halus Bupati. Saya dekatkan
jarak ke beliau “Pak, doakan saya, tanggal 19 Agustus nanti saya mau ke
Filipina menghadiri undangan konferensi TESOL Asia. Dan satu-satunya guru dari
Lampung Timur.” Dari ucapan itu, saya berharap beliau akan tersentuh dan
memberi uang saku dari dompet beliau sendiri (karna dari Pemda sudah nihil).
Beliau merespon dengan baik, dan tiba-tiba mengeluarkan dompet. Saya seenang
luar biasaa... Ya Allah jurus saya ampuhh!. Dengan senangnya, saya siap-siap
menerima uluran uang dari beliau, tapi ternyata beliau hanya menunjukkan kartu
keanggotaan bahwa beliau juga dulunya pernah ke luar negeri untuk urusan
tertentu. OMG,,, bayangkan! Rasanya jlebb banget, seperti ditusuk pisau tumpul
berkali-kali. Harapan saya sungguh kosong sekali, dan saya memutuskan untuk
tidak berharap lagi ke beliau dan juga tempat itu. Target 1 = failed.
Target kedua, Kemenag
Lampung Timur. Di
tanggal yang sama saat melacak proposal di Pemda Lampung Timur, saya juga
mendatangi Kemenag Lampung Timur. Dimintalah saya menemui pak Hasbuloh oleh
petugas Kabag Umum. Saya yang tidak tahu seperti apa pak Hasbuloh itu, hanya
menunggu sambil memperhatikan tiap orang yang melintas di depan saya. Sampai
akhirnya ada ibuk-ibuk yang menunjukkan saya pada beliau. “Pak, saya guru blah blah blah saat itu mengajukan
proposal blah blah blah dan sekarang
proposal saya sudah sampai mana ya pak?”. Beliau kebingungan, pasalnya beliau
tidak pernah menerima proposal yang saya maksud. Dicarinya proposal saya di
ruang Kasi Pendidikan. Dan kebetulan tidak lama dari itu, bapak Kasi Pendidikan
datang. Beliau yang bernama Pak Daroji, sudah paham dengan proposal saya dan
merespon positif. Saya intip beberapa kalimat di proposal saya yang sudah
ditandai dengan stabilo oleh beliau. Saya semakin antusias mendengar respon
beliau. “Kami sangat mengapresiasi prestasi ibuk ini, tapi insyaallah kami hanya
mampu memberi plakat ya buk”, ucap pak Kasi. Saya yang tak tahu harus berkata
apa, hanya menunduk dan mengiyakan jawaban beliau. “Iya pak, tidak apa-apa.”
Sambil melihat beliau membuka-buka lagi proposal itu, saya pun mengadukan
kegagalan pencairan dana di Pemda yang saya datangi sebelum ke Kemenag. Beliau
yang mendengarkan cerita saya dengan serius, menjanjikan plakat akan jadi
seminggu lagi dan siap diambil. Sayapun pamit pulang dengan dilema yang luar
biasa, “Saya ikhlas jika harus membatalkan konferensi ke Filipina, tapi
gimana... gimana dengan impian saya? Haruskah saya menyerah?” Sepanjang jalan
pulang hanya pertanyaan-pertanyaan itu yang muncul di pikiran saya. Bahkan tak
ada seorangpun yang mempedulikan. Air mata saya tiba-tiba jatuh di balik helm
yang tertutup rapat. Target 2 = less
rocked.
Hari-hari terlewati dengan pilu. Seakan saya ingin
memantapkan hati untuk membatalkan keberangkatan saja. Namun, tiket pesawat
sudah terlanjur saya beli dengan hutang dan tabungan seadanya. Saya galauu dan
tak berani mengadukannya pada orang tua, teman-teman, atau siapapun. Mereka
mungkin menganggap saya kuat, tapi ironisnya saya yang seringkali memberi
nasihat pada teman-teman saya di Grup Beasiswa yang saya bentuk di BBM
“Scholarship Corner”, seolah bingung menghadapi masalah saya sendiri. Walaupun
psimis, saya tetap memastikan sisa target saya; BMT Mitra Dana Sakti, PT. PGN Labuhan Maringgai dan MA Ma’arif 06 Pasir Sakti. Jawaban
yang sama, “Insyaallah NANTI kami
akan bantu mbak, miss eka!”. NANTI
yang entah kapan, sedangkan waktu tinggal 15 hari lagi menuju tanggal 19
Agustus di tiket pesawat yang sudah saya pesan. Namun, tiba-tiba suatu hari di
rekening saya ada uang 4 juta, saya kira dari PT. PGN Labuhan Maringgai tapi ternyata hanya uang mampir saja. PT. PGN Labuhan Maringgai, target 4 =
failed.
Hingga suatu malam ada sms masuk dari salah satu pegawai
Kemenag, Pak Hasbuloh. Beliau memberi jalan pada saya untuk mengajukan proposal
pada KBIH Way Jepara, KBIH Sukadana, dan calon bupati Chusnunia Chalim. Tapi
saya memilih mengajukan pada calon bupati saja. Rupanya beliau tersentuh saat
saya bercerita mengadukan kegagalan pencairan dana di Pemda pada saat itu.
Beliaupun memberi Contact Person calon bupati cantik dari Waway Karya itu. Saya
yang tak tau malu, langsung menghubungi Buk Chusnunia Chalim, mengirim pesan
tentang blah blah blah. Tanpa
memberikan proposal kepada beliau, pesan panjang saya dibalas dengan “Saya
bantu tapi ndak bisa semua ya...”. Alhamdulillaaah.... Pak Hasbuloh dengan
setianya menjembatani komunikasi saya dengan calon bupati saat pesan saya lama
tidak dibalas oleh beliau (maklum, beliau orang yang super sibuk). Hingga
akhirnya saya diminta menemui beliau di Pekalongan untuk mengambil uangnya.
Beberapa hari kemudian tiba saatnya saya harus mengambil uang
dari calon bupati dan plakat dari Kemenag. Saat itu tepat seminggu sebelum
keberangkatan saya ke Filipina. Seminggu yang belum pegang duit sama sekali.
Seminggu yang tak tau akan berangkat atau tidak. Dengan bismillah, saya datangi
Kemenag Lampung Timur tepat pukul 9 pagi. Disana saya sudah disambut hangat
oleh pak Hasbuloh dan Kasi Pendidikan, Pak Daroji. Dan dokumenter ternyata juga sudah siap
mengambil foto kami saat penyerahan plakat. Pasalnya, foto itu akan dimuat di
berita website Kemenag Lampung Timur. Selesai sudah penyerahan itu, saya pun
pamit untuk selanjutnya menemui Calon bupati di Pekalongan. Saya yang belum
tahu Pekalongannya di mana, tertahan di Warung Makan di Sukadana selama kurang
lebih 1 jam. Calon bupati yang tidak bisa dihubungi, membuat saya ingin
menyerah saja. Sampai akhirnya saya diberi contact person asisten beliau oleh
pak Hasbuloh. Lagi-lagi pak Hasbuloh yang membantu saya, saking terbantunya
saya tak henti-henti berterimakasih dan menulis PM di BBM saya “Rizki tak hanya berupa materi, tapi orang
baik pun juga meliputinya”.
Setelah 1 jam tertahan tanpa harapan, akhirnya asisten beliau
meminta saya untuk menemui calon bupati Lampung Timur itu di Sekampung. Saya
ikuti arahan jalan yang beliau kirim di SMS, sempat nyasar, dan akhirnya ketemu
juga. Saya yang hanya bisa melihat wajah cantik beliau di poster-poster pinggir
jalan, ternyata bisa berjabat tangan dan cipika-cipiki.
Ternyata beliau masih gadis lo... tak lama kita ngobrol, asisten beliau
memberikan saya amplop. Sayapun berpura-pura malu untuk membukanya, saya pamit
dengan ucapan terimakasih dan berharap beliau terpilih menjadi Bupati Lampung
Timur di periode mendatang. Kalo kayak gini, jangan tanya saya pilih calon
bupati siapa nantinya... hahahak. Sampainya di rumah, saya bergegas membuka
amplop kecil itu, alhamdulillah... saya hitung uang itu pelan-pelan dan
hati-hati. Dua juta rupiah... seolah
saya tak percaya, Allah memberi jalan rizki lain untuk saya. Saya bersyukur luar
biasa, tapi masih tetap ragu “uang 2 juta mana cukup untuk ke luar negeri”.
Saya tetap galau... :'(
Esok lusanya saat saya di perjalanan mendampingi anak murid
mengikuti Lomba Pidato Bahasa Inggris di Kecamatan, tiba-tiba handphone saya berbunyi. Nomor yang tak
ada namanya di kontak saya, lalu saya coba mengangkatnya. Saya terdiam
mendengar ucapan ibuk itu. Rupanya beliau adalah pegawai Humas Kanwil Bandar
Lampung yang melihat berita saya di website Kemenag beberapa hari yang lalu. Saya
tidak menyadarinya, beliau begitu tanggap informasi. Dari berita inipun, Bapak
Ka Kanwil sangat bangga dan secara pribadi mengundang saya ke kantor Kanwil di
Teluk, Bandar Lampung.
Saya tak habis pikir, begitu indahnya skenario Allah terhadap
saya. Namun di lain sisi, saya masih ragu “Mungkinkah pak Ka Kanwil akan
memberi saya dana yah?”. Keraguan itu wajar terjadi, karna saya baru pegang
duit 2 juta. Sedangkan 5 hari lagi saya berangkat ke Filipina. Dengan
husnudzon, sayapun perbanyak doa sebelum memenuhi undangan beliau yang diagendakan pada tanggal 18 Agustus 2015.
Tiba saat yang saya nantikan itu, tepat sehari sebelum saya
berangkat ke Filipina, dengan didampingi oleh Kepala Madrasah, Kasi Pendidikan
Lampung Timur, dan Pak Hasbuloh, saya berangkat ke Bandar Lampung memenuhi
undangan pak Ka Kanwil. Saya disambut dengan luar biasa oleh pegawai-pegawai
disana. Mereka seakan bangga atas prestasi seorang guru madrasah yang mampu ke
tingkat Internasional. Saya dipersilahkan duduk tepat di samping pak Ka Kanwil
yang ramah itu. Duduk di kantor mewah dan kursi yang empuk yang tak pernah saya
rasakan sebelumnya. Kami ngobrol santai dan lama, hingga tiba saatnya bapak
Kasi Pendidikan meminta doa dan pamit untuk pulang. Namun, tiba-tiba saya
diberi map putih yang berisi amplop tebal dan panjang. Alhamdulillaaah...
walaupun saya belum tau berapa isinya, tapi syukur tak terhingga keluar dari
mulut saya. Lalu, kami diminta foto bersama dan lagi-lagi dimuat di website Kanwil.
Sungguh kebesaran Allah sangatlah nyata, nyata saya alami
saat saya tak mampu memikirkannya dengan nalar yang saya punya. Di mobil saat
jalan pulang, saya coba intip amplop di dalam map putih itu, subhanallah...
isinya 3 juta rupiah. Total 5 juta rupiah dengan pemberian calon
bupati itu. Di tengah syukur yang luar biasa, saya pun masih tetap ragu. “Mana
cukup yaa?”. Namun, tiba-tiba handphone
saya berbunyi tanda pesan masuk. Ibu saya mengirim pesan bahwa ada titipan
amplop dari sekolah tempat saya mengajar (MA
Ma’arif 06 Pasir Sakti, Target 5 = rocked) dan isinya 2 juta rupiah. Hari itu seperti Allah memberi hujan uang pada saya.
Total sudah mencapai 7 juta rupiah.
Saat saya pulang ke rumah, orang tua yang pusing sama sekali sedang tak ada duit, tiba-tiba janji akan memenuhi kekurangan
biaya keberangkatan. Pasalnya, esok harinya gaji Rapel seluruh guru cair. Orang tua mana yang tega menghentikan
langkah anaknya yang sudah sejauh itu berjuang. Ya allah... saya tak
henti-henti meneteskan air mata syukur. Tepat tanggal 19 Agustus 2015, saya
berangkat dengan uang seadanya dan secukupnya, 7 juta (hasil ngemis) + 7,5 juta (pemberian orang tua). Satu jam
sebelum berangkat ke Bandara Raden Intan Bandar Lampung, bapak Kepala Madrasah
menyempatkan diri untuk melepas kepergian saya. Dan beliau juga membawa amplop
berisi uang, titipan dari BMT Mitra Dana
Sakti (Target 3 = rocked) yang berisi
1,5 juta rupiah. Alhasil, dari 5 proposal yang saya ajukan hanya 3 yang
berhasil. Walaupun begitu, Allah buka jalan lain di luar dugaan yang lebih
menghasilkan. Dan saya diberi rizki 8,5 juta dalam waktu seminggu. Subhanallah
bukan... Sehingga, total uang yang dapat saya bawa bertambah menjadi 16 juta rupiah.
Itulah kehendak Allah, itulah skenario terindahNya. Jika anda
tak percaya atas suatu hal, maka bagi Allah semua itu mungkin saja terjadi. KUNFAYAKUN! Akhirnya saya bisa berangkat
ke Filipina pada tanggal 19 Agustus 2015, dan membuat sejarah baru di kehidupan
saya. Dan kalimat yang selalu saya yakini akhirnya terjawab juga “There’s light
at the end of the tunnel”. Semoga cerita
nyata ini menggugah semangat juang teman-teman semua. Keep going everybody... :)
Be the best... because you are the best. Nangis mbk baca ini dek... perjuangan yg sangat luar biasa...
BalasHapusAmin mb... :') sayapun ngetik cerita nya sambil nangis. Allah tau doa2 kita dulu mba..
BalasHapusselamat Mba atas kegigihan dan keberhasilan perjuanganya...saya saluuutttt sekali dan belum tentu bisa seperti itu...
BalasHapus