Selamat Datang bagi Anda yang Percaya pada Perjuangan

Minggu, 07 Desember 2014

Kisah Perjuangan "JANGAN SALAHKAN TUHAN"


^_^ Acknowledgment ~~ Atas saran sahabat saya Royana Mukorobin, akhirnya cerita yang sengaja saya simpan, terposting juga di halaman blog saya. Cerita ini hanyalah bagian kecil dari kehidupan saya, seorang wanita lemah yang sedang memperjuangkan sesuatu di tengah kenyataan hidup yang pahit bagi saya. Tidak ada unsur show off, melainkan saya hanya ingin berbagi cerita dan pengalaman yang saya rasakan saat ini. Dan kiranya cerita ini bisa membangun hal positif bagi pembaca. Have a nice reading :) 

Jangan Salahkan Tuhan
Setiap orang pasti punya rencana, target, cita-cita, harapan, dan kesuksesan. Hidup yang hanya flat-flat saja akan menghasilkan kualitas hidup yang flat juga. Dan saya pun tidak menginginkannya. Saya lahir dari keluarga yang tidak begitu berlimpah harta, sederhana, disiplin, menomorsatukan pendidikan, dan mengutamakan sebuah perjuangan tanpa kata instant. Yahh,, begitulah! Karna ibu dan bapak saya adalah seorang pengais rizki di lingkungan pendidikan yang dulunya berasal dari keluarga tidak mampu. Ketika mengenal kata DEWASA, dan mempunyai umur yang selayaknya sudah dewasa, saya pun merasa harus menata hidup. Berawal dari tahun ketiga di bangku Sarjana, saya mulai berani membuat draft rencana akademik versi saya untuk beberapa tahun ke depan (berpura-pura yakin sesuai dengan rencana versi Tuhan). Kurang lebih seperti ini :
Rencana Versi Saya
No.
Rencana Akademik
Kenyataan
1.
Lulus Sarjana tepat waktu
Wished
2.
Melanjutkan Pascasarjana DN (Alternative)
Wished
3.
Apply beasiswa Master LN
Wished
4.
Apply CPNSD (Alternative)
Wished
Nb : Sukses versi saya jika point 1-4 tercapai

Itulah point-point perjuangan kedepan yang saya anggap mulus untuk dilalui nantinya. Tapiii.. eiitss, tunggu dulu!! Kalo berjalan mulus, ngapain harus di post kayak gini.  No catching one donk..!! Alias gag ada serunya. Kita akan bandingkan di akhir cerita, Apakah rencana versi saya akan sesuai dengan rencana versi Tuhan, ataukah sebaliknya? Simak perjuangan saya per point berikut ini, here we goo....!!! :D
^_^ Target Pertama : Lulus Sarjana tepat waktu
Sarjana saya memang bisa dibilang saangat mulus, sedikit hambatan, dan berujung dengan hasil yang mengharukan. Pasalnya, sebelum mengambil Sarjana Pendidikan dalam program Pendidikan Bahasa Inggris, saya pun sudah melalui pahitnya sebuah do’a sederhana yang belum terkabulkan (tapi tetap bersyukur donk :) ). Yahh pantas saja kan kalo Tuhan melancarkan jalan saya, la wong abis sedih ya dikasih seneng toh Jon Jonn. Begitu kiranya kalau diucapkan dengan logat Jawa. Hahaha...
Seneng nya si gak lama-lama, itupun hanya 3 tahun awal selama proses penyelesaian Sarjana saya. Trus setelahnya gimana..?? Ihh kepo ah!! :D
Pada umumnya, Sarjana maksimal ditempuh selama 4 tahun. Namun, alhamdulillah dengan jalan dari Allah, bersama 800 teman-teman yang lain kami berhasil menyelesaikannya sekitar 3 tahun 5 bulan (Target 1 = Achieved). Eits,, bukan itu fokus cerita yang akan saya bagi. Tapi, 3 tahun terakhir nya itu lohh... yang harus, kudu, and wajib di share!
5 bulan sebelum pelepasan mahasiswa Sarjana (atau Wisuda), adalah masa di mana hati, pikiran, dan hidup saya mulai bergejolak. Saat itu entah mengapa, saya termotivasi melanjutkan study saya ke jenjang Pascasarjana (Mungkin karna didorong-dorong terus sama temen-temen and dosen saya). Awalnya orang tua saya tidak setuju, tetapi karna melihat kemauan dan kemampuan saya yang keras, akhirnya mereka merestuinya. Horee..!! Seneng dehh.. setidaknya langkah awal sudah terbuka. Saatnya menentukan pilihan Universitas mana dan Program Study apa yang akan saya ambil. Pilihan pun jatuh pada Universitas Sebelas Maret (UNS) pada Program Study Pendidikan Bahasa Inggris (tentunya berdasarkan beberapa pertimbangan). Mulailah saya siapkan formulir pendaftaran, persyaratan, dan surat rekomendasi dari beberapa dosen. Walaupun saat itu saya sedang bermain ria dengan skripsi saya, tapi pengajuan lamaran Pascasarjana pun harus diajak main juga. Form pendaftaran sementara sudah terisi, surat-surat rekomendasi dari 3 dosen sudah di tangan saya, tinggal nunggu ijazah dan transkrip nilai. Pada saat itu muka saya begitu berseri-seri, membayangkan suatu cita-cita besar yang akan segera saya genggam dan hadirkan pada kedua orang tua saya. Tapi, apakah wajah saya akan terus berseri, lalu apa yang akan terjadi selanjutnya? Mari kita menuju ke target kedua... lets go!  
^_^ Target kedua : Melanjutkan Pascasarjana Dalam Negeri (Alternative)
Mungkin ada tanda tanya ya di atas kepala, kok itu ada ‘Alternative’ di dalam kurung? Yahh, jadi begini... saya pun bukan anak yang terlalu egois terhadap orang tua, saya juga memikirkan biaya yang akan dikeluarkan bapak ibu saya, mengingat biaya Pascasarjana menjulang tinggi setiap tahunnya. Sedangkan, saya sudah menghabiskan banyak biaya di Sarjana saya. Di sisi lain, saya juga berharap cita-cita saya tercapai, dan nantinya juga untuk membahagiakan orang tua. Nahh, muter-muter kan. Jadi intinya, saya juga berusaha mencari gratisan belajar (alias beasiswa) agar dapat sedikit meringankan beban orangtua saya. Jika beasiswa itu tak tercapai, Pascasarjana biaya mandiri lah alternative nya. Tapi, target utama saya sebenarnya adalah memburu beasiswa. Are you clear? Or clear-clear? LOL..
Itu sih baru rencana, selanjutnya kan tidak tahu. 4 bulan sebelum mendekati Wisuda Sarjana, saya coba-coba mengikuti test TOEFL ITP di Universitas Lampung. (Kronologi test nya dapat di baca di artikel lain di Blog saya ini #TEST TOEFL YANG BERKALI-KALI). Bermodalkan skor 503, saya merasa sedikit percaya diri menjual kemampuan saya di Luar Negeri. Program Fulbright FLTA 2014 (Foreign Language Teaching Assistant) telah mencuri perhatian saya. Walaupun program non-degree, yang ada di benak saya “yang penting bisa ke luar negeri gratis” :D. Namuunn... :( , saya mendadak sedih pada saat itu, admin FLTA membalas email saya dan berkata “tidak boleh memakai Surat Keterangan Lulus, silahkan mencoba tahun depan”. Sedangkan saya sudah selesai ujian skripsi, tinggal menunggu yudisium. Terpaksa saya urungkan niat saya. Saya simpan sementara sertifikat TOEFL saya, lalu saya fokus ke pengajuan lamaran Pascasarjana UNS. Hari-hari tetap berlalu dengan sedikit sendu. Saya pun menyibukkan diri assisting di Language Institute campus saya. Ketika itu, tiba suatu hari kelam yang masih saya ingat sampai sekarang, tiba-tiba handphone saya berbunyi dan terlihat ibu saya menelpon. Saya terdiam mendengar ibu saya yang tak berhenti bicara, nafas saya serasa tersentak, dada saya sesak, air mata saya tumpah, mulut saya tak bisa berkata apa-apa, saya pun tak bisa mendengar teriakan teman di dekat saya.
“Bapak saya dipukul habis di jalan siang bolong, punggungnya dihantam dengan clurit, motornya diambil, bapak saya terjatuh, dan tas yang sangat berarti itu diambil juga oleh ketiga ‘fucking men’ yang bersenjata api. Tas yang tak bisa diselamatkan, berisi Rp. 125.000.000,00 , iyaa juta bukan ratusan ataupun puluhan.”      
Saya tertunduk lemas, handphone yang masih aktif itu saya letakkan perlahan, lalu saya diberi minum oleh teman saya. Inikah kenyataan yang harus saya terima, kenapa harus terjadi di saat saya mempunyai harapan besar pada kedua orangtua saya. Yahh, ternyata itu nyata, bukan mimpi, di saat saya pulang ke rumah dan memastikan kejadian itu. Bapak saya terlihat stress, linglung, bingung, memikirkan beban untuk menanggung dan mengganti uang yang tak kembali hingga sekarang, pasalnya uang itu adalah gaji guru-guru se-Kecamatan. Semua orang mencoba menguatkan keluarga kami. Dan seketika saya memikirkan Pascasarjana saya, bagaimana dengan form pendaftaran yang sudah terisi penuh? Bagaimana surat-surat rekomendasi yang sudah di tangan saya? Lalu bagaimana masa depan saya? Bagaimana cita-cita saya? Saya harus bagaimana? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul di hati saya yang ketika itu sedang menangis pilu. Tak mungkin saya seegois itu, memaksakan kehendak di tengah musibah yang menimpa orang tua saya. Akhirnya dengan berat hati saya memutuskan, application Pascasarjana UNS saya gagalkan (Target 2 = Failed). Itulah hidup, skenario Tuhan yang tak akan pernah diketahui oleh hambaNya. Lalu pantaskah kita menyalahkan Tuhan? Sungguh tidak. Akan ada keindahan di balik kesedihan. Dan itupun benar adanya.   
Satu bulan setelah kejadian itu, saya diwisuda oleh campus tercinta saya Universitas Muhammadiyah Metro, Lampung. Sehari sebelum hari H, saya menyiapkan surprise untuk bapak ibu saya. Kedua orangtua saya pun bingung, ketika mereka saya minta untuk duduk di kursi paling depan pada saat acara wisuda esok harinya. Ketika saatnya tiba, nama saya dipanggil dengan lantang, yahh sangat lantang dan bangganya, Eka Pra Setiyawati sebagai wisudawati terbaik tingkat Universitas dan terbaik II tingkat FKIP dengan IPK 3,86. Sontak bapak ibu saya terkejut, rupanya mereka menangis terharu. Mereka mungkin bangga, tapi di sisi lain bukan karna itu. Beliau membayangkan, apa jadinya jika bapak mati terbunuh bajingan-bajingan itu dan tak bisa melihat anaknya dipanggil ke depan membawa penghargaan itu. Allah pun masih memberi nikmat hidup daripada nikmat harta. Ketika jalan pulang, saya disambut senyum lebar oleh ibu bapak saya. Mereka tampak senang sekali. Kami masuk mobil rental untuk pulang ke rumah. Lima menit kami di mobil, tiba-tiba ada cletusan kata-kata dari sang sopir mobil, “Orang berprestasi itu belum tentu sukses, contohnya saya!” Subhanallah, baru sebentar kami tersenyum, sudah ada yang menyakiti lagi. Kami sekeluarga terdiam, dan membiarkan beliau melanjutkan omongannya. Kata-kata itu membakar motivasi saya untuk balas dendam positif pada beliau. Lihat saja suatu hari nanti...! Cita-cita yang hampir hilang ditelan kesedihan, tiba-tiba muncul akibat perkataan itu. Lalu bagaimana langkah saya selanjutnya? Inilah target ketiga saya... keep smile :)
^_^ Target ketiga : Apply Beasiswa Luar Negeri
Walaupun dalam keadaan rapuh, semangat juang tetap ada dalam diri saya. Kala itu saya yakinkan diri, saya harus bangkit dari keadaan yang menjepit ini. Mulailah saya buka laptop, saya klik MOZILLA - GOOGLE lalu saya tulis di kolom SEARCH “ Beasiswa Master Luar Negeri tahun 2014 dengan TOEFL min 500”. Kenapa ada kata “TOEFL min 500”? Yahh.. karna kemampuan TOEFL yang saya punya terbatas. Sedetikpun, semua hasil muncul dengan cepat. Top rank yang muncul adalah Beasiswa Australian Awards 2014. Dengan rasa penasaran, saya mulai membaca-baca persyaratannya dan biaya yang di cover oleh beasiswa tersebut. Ternyata beasiswa AAS itu adalah beasiswa bergengsi di Indonesia yang masih baru di telinga saya. Sekitar 3000an orang memburunya setiap tahun, dengan kuota tersedia 500 untuk PhD dan Master. Luar biasa sekali peminatnya, karna memang beasiswa AAS adalah beasiswa paling royal di antara beasiswa-beasiswa yang lain dengan persyaratan yang tidak terlalu rumit. Nahh kalo kayak gitu siapa coba yang gag mau ikut...! Sepintas, saya agak sedikit tertarik, lalu saya melihat sertifikat TOEFL saya, tapi saya belum sepenuhnya yakin. Apply gak ya.. apply gak ya.. !! Seolah ada bisikan di telinga saya, “apply saja, kalo gak dari beasiswa kayak gini mana bisa kamu lanjut ke S2!”. Hati saya pun membenarkan. “Ahh saya harus apply..”. Keesokan harinya, saya beranikan diri mengadukan cita-cita pada orangtua saya yang sedang dirundung pilu. Awalnya mereka tidak merestui saya sama sekali untuk kuliah di luar negeri. Saya menunduk dan berbicara pelan-pelan, air mata saya pun tak dapat terbendung (khawatir jika orangtua saya tidak menyetujuinya). Namun apa yang saya dengar, sangat mengejutkan. Orangtua yang awalnya melarang keras, kini mengizinkan bahkan mendukung saya kuliah ke luar negeri. Mungkin karna keadaan ekonomi yang mengubah pemikiran kedua orangtua saya kala itu. Saya bahagia luar biasa, semangat saya membara, keyakinan saya pun juga menambah. Saya mulai berjuang, mencari informasi, memecahkan pertanyaan-pertanyaan dengan bantuan orang-orang baik di belakang saya. Sungguh seperti dilancarkan oleh Tuhan...
Sepuluh hari sebelum deadline pengiriman berkas beasiswa (18 Juli 2014), saya dibantu sahabat-sahabat saya mendatangi kantor post. Bismillah, berkas applikasi saya kirim ke Jakarta. Dan tinggal menunggu pengumuman seleksi berkas pada bulan Desember. Penantian panjang yang saya isi dengan do’a dan sujud harapan. Suatu malam pun saya terbangun, mendengar bapak ibu sibuk ke kamar mandi. Penasaran, saya mengintip dari korden kamar saya. Ya Allah Subhanallah... mereka bertahajjud untuk saya. Ketika mereka tidak mempunyai apa-apa, tidak mampu membahagiakan anaknya dengan harta, mereka pun sanggup membahagiakan dengan do’a-do’a. Tiba-tiba air mata saya menetes dengan sendirinya. Saya ikut bangun, mengambil air wudhu, dan mencurahkan isi hati saya kepada Sang Pemilik Hidup. Waktu berlalu semakin cepat, bulan demi bulan berganti begitu saja, hingga tiba saatnya di penghujung bulan November. Malam hari, 21 November 2014, seperti biasa saya belajar IELTS untuk persiapan test lanjutan jika berkas beasiswa saya diterima. Dan sebelum saya memulainya, entah mengapa saya ingin sekali membuka email saya setelah 10 hari offline. Saya kaget, ada tulisan “Australia Awards” pada inbox saya. Yang saya tahu, pengumuman seleksi berkas jatuh pada bulan Desember. Tapi ternyata dimajukan. Apa yang saya lihat pertama kali? Saya menyembunyikan rasa terkejut saya.. Alhamdulillaaahh, inilah yang saya lihat :
  
 Saya tidak tahu, ucapan Alhamdulillah saya pecah menjadi deruan air mata. Saya mencoba tegar, tapi tak bisa. Saya berharap ada kata “Congratulations..” pada email itu. Tapi, ternyata tidak (Target 3 = Failed).
Ibu saya pun bingung menenangkan saya. Ketika saya sudah mulai tenang, saya memberi kabar kepada orang-orang yang telah baik pada saya. Inilah testimoni mereka mengetahui saya TIDAK LOLOS beasiswa AAS :
Ada yang tidak terima, ada yang menguatkan, ada yang kecewa, dan masih banyak lagi. Mereka menyampaikan semuanya dengan lisan maupun tulisan.
Saya memang down, down sekali. Bagaimana tidak, hati saya yakin seyakin-yakinnya. Persyaratan yang diminta sudah saya penuhi, dan semuanya eligible menurut saya. Tapi entahlah, A lucky was not on me! Saya masih harus belajar untuk berjuang. Hati saya sedikit terobati, setelah dosen saya yang juga peraih beasiswa Master Degree di USA, menceritakan kegagalannya yang berkali-kali. Take it easy, dearest Eka...! yahh.. I am trying being fine. Lalu, semangat saya tiba-tiba tersentak. Kan masih ada harapan terakhir walaupun itu alternative bagi saya. Yuk, next ke target terakhir... :) ( :( )
^_^ Target Keempat : Apply CPNSD (Alternative)
Target terakhir ini memang saya jadikan alternative, karna sebenarnya bapak saya yang berambisi bukan dari hati kecil saya. Dari awal, entah mengapa PNS bukanlah hal yang sedang saya kejar untuk saat ini, tetapi tetap saya jalani demi senyum orangtua saya. Selisih waktu test CPNSD dan pengumuman beasiswa AAS sangatlah berdekatan. Waktu berjam-jam, berhari-hari, dan berbulan-bulan yang lalu saya habiskan untuk mempelajari IELTS, bukan soal-soal CPNSD. Ketika waktunya tiba, saya mengikuti test CPNSD sebagaimana mestinya. Enjoy, lepas, dan bodo amat. Tapi sedikit deg-degan dengan soal-soal yang saya anggap lebih sulit dibandingkan soal-soal TOEFL. Dan apa yang terjadi, nilai saya TKP= 144, TWK=80, TIU=60. Yahh, di bawah passing grade yang seharusnya TKP=126, TWK=70, TIU=75. Saya mengakui, usaha saya kali ini memang tidak maksimal. Tapi, hati saya tak sesedih ketika saya tidak lolos beasiswa AAS. Ya sudaaah... riski saya bukan di sini kali ya! Mencoba menghibur diri di depan bapak saya. Dan beliau pun mengiyakan dengan sedikit kecewa. Saya si gak tau itu bakalan lolos atau tidak karna itu belum resmi diumumkan (Target 4 = Waiting). Siapa tahu kan ada mukjizat trus nilai saya berubah gede gitu, trus saya masuk kriteria gitu. (aduuhh aduuhhh menghayalnya kelewatan). #Tepokjidat
Lagi, lagi... saya laporan ke orang-orang yang telah baik pada saya. Dan, inilah reaksi mereka...
 Jelas sudah, harapan terakhir sayapun akan segera punah. Akan takutkah saya untuk bermimpi lagi? Jawabannya tidak, sama sekali tidak. Saya tidak takut untuk bermimpi. Satu proverb yang tetap melekat di hati saya, “There’s light at the end of the tunnel”. Itulah rangkaian kata yang saya jadikan motivasi setiap kali saya menemui kegagalan. Tapi lagi lagi, sebuah senyum hadir setelah adanya air mata. Di waktu yang bersamaan dengan test CPNSD, ada pemberitahuan masuk "Your essay rocked!". Subhanallah, senang bukan kepalang. Beberapa hari sebelumnya, saya mengikuti Contest Essay ASEAN COMMUNITY. Dan essay saya terpilih untuk dipublikasikan di ASEAN Journal (Essay tersebut akan saya posting juga di blog ini). Allah tak mau melihat saya sedih berlama-lama, orang-orang baik telah dikirimkan pada saya untuk mengubah mimik yang muram ini.
Hidup memang tak semudah, tak semulus, tak selancar yang kita bayangkan. Namun saya yakin, akan ada kebahagiaan di balik semua perjuangan kita yang pedih. Lebih baik koreksi diri, perbaiki diri, rendah hati, tetap bersyukur daripada harus seudzon dengan ketentuan Tuhan. Inilah akhir dari rencana versi Tuhan yang hampir 75% tidak sesuai dengan rencana versi saya.
Rencana Versi Tuhan
No.
Rencana Akademik
Kenyataan
1.
Lulus Sarjana tepat waktu
Achieved
2.
Melanjutkan Pascasarjana DN (Alternative)
Failed
3.
Apply beasiswa Master LN
Failed
4.
Apply CPNSD (Alternative)
Waiting
Nb : Tuhan tidak tidur

Itulah, cerita haru dan pilu yang semoga menginspirasi teman-teman sekalian. Saya tidak akan canggung berbagi kegagalan saya di media ini. Dan suatu saat, saya juga tidak akan segan-segan berbagi cerita kesuksesan atas kegagalan-kegagalan saya. Doakan saya, doakan mimpi-mimpi saya. Saya akan kembali dengan cerita yang insyallah tidak menyedihkan lagi. See yaa... :)
(Written on December 7, 2014, 8.47 a.m by Eka Pra Setiyawati) 

11 komentar:

  1. Allah tau yang terbaik bwt kita. semua kejadian pasti ada hikmahnya. semua terjadi agar kita jadi org yg tangguh pantang menyerah n bersyukur. semangat echa axiss ; )

    BalasHapus
  2. Saya menyakini itu diyah :) semoga sajaa... makasi yaa semangat ny sayang

    BalasHapus
  3. :) baru kali ini aku terharu gara2 kamu,,.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hiks hiks... baru kali ini aku berhasil bikin km terharu

      Hapus
  4. As you could see how stars enlighten the sky and some of them fall a part down the earth.....as you could feel how hurt you are...yet, you have a long time to go. Go get TRY and try...until then you rocked it nd other people would say. " " congratulation
    Eka..." one of them would probably me....

    BalasHapus
    Balasan
    1. That's the point, Im fine with this.. how the rude this way is, Thanks for planning to say it later on. Let me try it hard to get the word "Congrats" :)

      Hapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. terharu uty baca nya dek.. mewek lagi.... *pasti ada jalan

    BalasHapus
    Balasan
    1. heheh... alhamdulillah skrng udah bangkit lagi utyy... aku ra po po ty :D

      Hapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  8. Terus gmana hasil PNSnya kak eka?

    BalasHapus