Selamat Datang bagi Anda yang Percaya pada Perjuangan

Kamis, 16 Oktober 2014

TEST TOEFL YANG BERKALI-KALI



Untuk seumuran fresh graduate SMA, mungkin belum banyak yang tahu apa itu TOEFL dan untuk apa TOEFL itu. Karna tak heran, TOEFL tidak terdapat di kurikulum Sekolah Menengah Atas. Umuran kuliah pun ada yang masih belum mengenal sebelum mereka menjelang wisuda. Karna memang pada umumnya, TOEFL diwajibkan bagi mahasiswa tingkat akhir untuk syarat meraih gelar Sarjana, Master, dan Doktor di seluruh PTN dan PTS di Indonesia.
Seorang mahasiswa sophomore (second year) English Study Program kala itu, menjajal dan mendalami TOEFL atas saran dosennya yang baik hati (Mr. D). Tanpa upah, tanpa lelah dosen berinisial D tersebut terus berbagi ilmunya untuk memecahkan soal-soal TOEFL yang sebenarnya simple namun dianggap fickle. Tampaknya memang dosen itu cukup berpengalaman dalam hal itu. Bagaimana tidak, beliau pernah meraih gelar Master of Arts (TESOL) di salah satu universitas USA melalui jalur scholarship (WOW.. how lucky). Karna merasa kagum dan ingin mengikuti jejak beliau, mahasiswa tersebut tanpa ragu berbelok arah. Membangun cita-cita baru, melangkah optimis, tanggap dan kritis dengan informasi-informasi beasiswa di media. (berbelok arah : awalnya menginginkan sukses di program study Kimia, namun tak tercapai. #Frustasi :’( ).
TOEFL tipe ITP lah yang diasah sekitar 2 bulan bersama beliau pada waktu itu. Kenapa ITP? Karna memang TOEFL Paper Based itu dianggap lebih simple dan hanya bermodalkan fotocopy soal latihan saja. Dan ITP dinilai tepat sasaran dan diakui untuk applying scholarship-scholarship luar negeri (ITP hanya diperuntukkan bagi academic goal saja, sedangkan bagi job goal dapat menggunakan TOEIC). Setelah merasa siap, mahasiswa tersebut mencoba beradu kemampuan di medan test tepatnya di Balai Bahasa Unila (Lampung). Test tersebut pun bukan tanpa tujuan. Pasalnya, satu bulan setelah test adalah deadline enrollment GLOBAL UGRAD AMINEF 2012 untuk 2013 intake (beasiswa pertukaran pelajar bergengsi ke America). Dua pekan setelah test hasilnya pun sudah keluar, dengan harapan memperoleh skor memuaskan. Hasil yang perlu disyukuri untuk mahasiswa yang baru pertama menjajal TOEFL ITP test, 483. Tepat 33 selisih skor dari passing grade TOEFL beasiswa yang banyak diburu mahasiswa itu. Cukup bernapas lega, namun harus melengkapi berkas-berkas yang menguras banyak waktu dan tenaga. Tak ada yang tak bisa dikejar jika sudah dikejar deadline (The Power of Kepepet :D). Selesai juga, dan siap dikirim ke Office of Aminef, Jakarta. Siapa yang tak ingin ke luar negeri gratis, doa dan harapan pun pastinya seperti itu. Namun, Tuhan masih ingin melihat perjuangan mahasiswa muda itu. Application form yang sudah dikirim ternyata outdate. Natural mistake of human, salah download pada saat itu. Lemas, lemah, lelah. Tapi sudahlah, sudah tak pantas lagi frustasi untuk kedua kalinya. Begitulah isi hati seorang mahasiswa yang pasrah. Perjuangannya belum berakhir namun dia memutuskan untuk vakum terlebih dahulu dari dunia perTOEFLan. Fokus kuliah dan menyelesaikan studinya secepat mungkin. Di akhir masa-masa Sarjana, semangatnya bangkit lagi bak ada hujan tanpa mendung. Dia mencoba lagi mengikuti test TOEFL ITP dengan belajar dari pengalaman (Best Practice). Artinya selama kurun waktu 2 tahun, digunakannya untuk mengevaluasi kemampuan dalam mengerjakan soal-soal TOEFL. Alhasil, skor yang dia peroleh lebih baik dari 2 tahun yang lalu, 503. Mulailah dia sadar, jika TOEFL itu dapat ditaklukkan dengan cara membiasakan diri mengerjakan soal-soal seperti Listening, Structure, dan Reading. Benar memang ketika dia mencoba mendiskusikan dengan orang-orang ahli TOEFL. Bisa karna biasa. Saking PD nya, belum genap satu bulan mengikuti test, mahasiswa yang sedang penasaran itu mencoba TOEFL ITP untuk yang ketiga kalinya. Tetapi, kali ini dengan sistem belajar yang berbeda. SKS (Sistem Kebut Semalam), itulah sistem belajar sebelum test pada keesokan harinya. Cara belajar yang dianggap efektif tapi ternyata berdampak negatif. Hanya skor 470 yang didapat pada test ketiga itu (miris sekali :’( ). Berikut grafik perolehan TOEFL dari tahun 2012-2014 :   

 
       

TOEFL memang seperti momok halus bagi scholarship hunters dan general people. Namun, ingatlah IMPOSSIBLE IS I’M POSSIBLE. Berikut beberapa tips ala Eka Pra Setiyawati sebelum mengikuti test TOEFL :
·        Biasakan mendengarkan lagu-lagu Inggris terlebih dahulu untuk menstimulus kemampuan Listening kita sebelum mengerjakan soal latihan Listening.
·        Biasakan mengerjakan 3-5 soal latihan Structure dan Reading setiap hari.
·        Freshkan pikiran dan otak pada malam hari sebelum mengikuti test TOEFL esok harinya. (singkirkan dahulu soal-soal latihannya)
·        Ulaslah soal-soal sebentar sebelum berangkat ke Test Center.
·        Berdoalah dan sarapan yang cukup sebelum berangkat ke Test Center.
Semoga bermanfaat... :)  (Written on October 15, 2014, 10.45 a.m by Eka Pra Setiyawati)

Senin, 13 Oktober 2014

BAHASA INGGRIS BUKAN SAINS



Kala dulu masih inget aja waktu guruku dengan semangatnya ngajarin rumus-rumus pembentuk kalimat bahasa inggris yang sempurna. Dari simple present, present continous, simple past, past continous, simple future, dan apalah itu yang katanya ada sekitar 17 tenses dalam bahasa inggris (Udah agak lupa sekarang :D). Aku si dulu mati-matian ngehafalin semuanya (tapi sekarang masih idup tuh.. :p), karna emang pikirku bahasa inggris itu identik dengan formula yang aku paksain simple tapi benernya rumit kalo diterapin (menurutku). Untungnya, guruku banyak akal. Sampek-sampek mereka nyari trik khusus biar murid-murid gampang ngingetnya. Kayak yang ini nih (AYU DEWI SI HITAM) plesetan buat nginget 7 subject dalam bahasa inggris (I, YOU, THEY, WE, SHE, HE, IT). Tapi emang bener, plesetan zaman sekolah itu masih nempel aja di otak sampek aku udah lulus S1. Guru yang kreatif kayak gitu emang masih gampang diinget, gak cuma guru nya tapi juga pelajarannya lo (iya kan...). Big appreciation for them J. Ehh, kita ngomong agak serius dikit yuk. ehem.. eheemm...
Bicara tentang fakta pembelajaran Bahasa Inggris saat ini, persepsi dan aplikasi sebagian guru Bahasa Inggris di Indonesia ternyata berbeda. Mereka menganggap tenses-tenses itulah akar yang mendasari pembelajaran Bahasa Inggris. Yahh.. itulah fakta yang sudah memfosil. Sehingga ada yang berpendapat bahwa pengetahuan tenses orang Indonesia lebih baik daripada native speaker (ko bisa ya...>mikir keras<). Tetapi hanya pengetahuan tensesnya saja, tidak untuk yang lainnya (ya iya donk, pasti.. :p). Berdasarkan pengalaman, peserta didik menjadi sungkan bahkan takut bercakap bahasa inggris karna terbayangi oleh rumus-rumus yang mengikat mereka. Alhasil, mereka hanya mahir dalam theory tetapi nol dalam practice. Artinya, telah terjadi misapplication dalam hal ini khususnya dalam proses pembelajaran bahasa inggris di kelas. Sebenarnya sudah banyak yang mengetahui 4 skill utama dalam bahasa inggris (Listening, Speaking, Reading, dan Writing), sedangkan grammar dan vocabulary hanya sebagai pelengkap atau complement. Urutan skill yang demikian itu dapat dijadikan pedoman tepat dalam pembelajaran bahasa inggris. Listening menjadi skill paling pertama dan utama dalam mempelajari bahasa asing. Kemudian diikuti skill-skill yang lainnya dan didukung dengan penguasaan struktur dan kosakata. Seorang peserta didik yang sedang belajar bahasa asing dapat dianalogikan dengan seorang bayi yang baru saja lahir. Ibu mereka tidak langsung mengajari cara-cara membuat kalimat yang benar. Tetapi dengan cara mengucapkan kalimat sederhana, sang bayi akan terbiasa mendengar dan menjadi bisa menirukan. Anggapan yang selama ini kurang tepat, dimana bahasa inggris yang selalu disamakan dengan fisika, kimia, dan matematika. Bahasa inggris layaknya bahasa yang bisa dikuasai karena adanya pembiasaan bukan pengetahuan yang terus menerus. English is habit, not science. Isn’t it?.  
Dalam hal ini, tidak mengklaim bahwa mengajarkan tenses dalam proses belajar mengajar itu salah total, akan tetapi harus dibarengi dengan practice-practice yang mendukung peserta didik untuk menyadari hakikat bahasa yang sebenarnya. Bahasa yang menjadi alat komunikasi akan dianggap berkualitas jika lawan bicara kita “ngerti sama ngerti” walaupun terkadang masih ada kesalahan dalam struktur kalimat. Yang terpenting adalah peserta didik berani berbicara bahasa inggris terlebih dahulu, sedangkan grammar secara tidak langsung akan mengikuti. Hal tersebut dapat diterapkan dengan mengubah persepsi peserta didik bahwa ‘English is not like a scientific communication, but it is a habitual communication.’ Thanks lot J.... (written on October 13, 2014, at 21:13 p.m by Eka Pra Setiyawati)

Rabu, 08 Oktober 2014

Short Story by My Besties "Fatkhur Rahman"


Menghayal



Namanya juga menghayal, jadi bebaskan?. Sebebas layangan putus. Mau jatuh dimanapun tak boleh ada yang menyalahkan. Namanya juga musibah, musibah layangan putus. Kalau berani salahkan Tuhan. Tapi kusarankan jangan. Tak baik.
Kira-kira begini. Namaku Ahmad, Ahmad bin Habibi. Siti Solemanah binti Mukarim adalah istriku. Anakku baru satu berumur empat tahun bernama Subakti Kepada Papa Mama Tercinta Forever. Hah, ku kira panitia UAN akan kelabakan mempersiapkan kolom nama untuk anakku nanti. Subakti adalah pemberian nama dari ayahnya. Kepada Mama Papa Tercinta adalah dari istriku yang lantaran terlalau sering nonton senetron. Forever sendiri pemberian dari kakeknya. Entah apa yang sedang dipikirkan ayahku, kenapa forever bisa nyangkut disitu. Perlu kamus bahasa Inggris 1 Miliyar untuk mencarinya. Tak boleh kurang tak boleh lebih, one million. Profesiku sebagai guru honorer tapi mukanya macam guru honorer 20 tahun tak pernah dipedulikan pemerintah, pucat. Mengajar di Madrasah yang riwatnya hampir khatam, tamat. Istriku sebagai ibu rumah tangga yang taat pada Agama. Islam puritan yang tak banyak tingkah, solehah. Jika pun melanggar aturan Agama, itupun hanya mematuhi progam KB yang dianjurkan pemerintah. Kami keluarga yang keluar rumah kalau bekerja, silaturahmi, ke masjid dan urusan-urusan sepele saja. Harta pun tak usah banyak-banyak. Rumah 8 x 6 m dan satu unit kendaran bermotor. Namun kami hidup bahagia dalam keserdehanaan ditengah mewahnya zaman. Karena motto hidup kami sudah tak bisa diganti:
Tuhan Engkaulah yang menciptakan zaman
Ini kami, aku, istriku dan anakku tersayang
Usahlah Kau turunkan ujian kemewahan
Kami sudah bahagia tak terbilang

Atau begini saja. Namaku Mutadam. Tampan, gagah, berwibawa dan kejam adalah karakteristik yang melekat padaku. Istriku bernama Sagita Gotik. Cantik dan menawan. Dilihat dari sisi manapun dia tetap cantik dan maaf maaf kata, bahenol nan semlohai. Jalannya serupa biduanita orgen tunggal sedang melenggak-lenggok aduhai macam belut disawah. Kerjaan istriku arisan sembari memamerkan berlian. Anakku ku beri nama Jagat. Nama itu adalah pemberianku sebagai harapan agar kelak nanti dia menguasai jagat. Profesiku adalah sebagai rentenir, istriku pun mendukung. Jika aku berani pasang bunga 20 persen, dia minta seluruh giginya diganti emas. Walau kami disebut lintah darat, tak pernah kami pedulikan. Karena moto hidup kami sudah lama terpatri seperti ini:
The world is number one
Akhirat nomor sembilan
Harta kami pegang erat-erat tak terlepaskan
Agar tetap dipeluk kemewahan zaman