Selamat Datang bagi Anda yang Percaya pada Perjuangan

Senin, 04 Mei 2015

Kerennya Seorang Guru



Jika berbicara tentang profesi, banyak yang bilang “Guru” adalah profesi yang jarang sekali dicita-citakan. Mengapa begitu? Yahh... bagaimana tidak. Seorang guru identik dengan pendapatan yang minim dan pengorbanan yang maksim. Bahkan, anak-anak yang belum berumur pun sudah menghindari profesi itu ketika orang lain bertanya “Kalo gede pengen jadi apa, nak?”, dengan sigapnya mereka menjawab “Dokter, Polisi, Tentara, Pilot, and blah blah blah”. Dan yang mencengangkan, ada yang bilang “pengen jadi artis”. Kata-kata yang nothing to lose (polos) itu muncul dari anggapan mereka bahwa profesi yang keren adalah profesi yang banyak duitnya. Ohh no...!

Padahal, siapakah yang mengira? Di balik sosoknya yang kadang kurang disukai, guru selalu bersabar ketika penjelasannya menjadi dongeng sebelum tidur, berlapang dada ketika ucapan anehnya sering ditirukan, berhati mulia ketika tegurannya tak diindahkan, dan berhati lapang ketika penampilannya sering dikomentari. Sungguh miris sekali, sudut kecil dari seorang guru yang kadang jarang kita perhatikan. Lalu, kerenkah seorang guru? Pasti keren dong, karna penulis artikel ini berprofesi sebagai guru. Hiks...

Disini bukan semata-mata karna saya menjadi tokoh utama di artikel ini, lantas saya membela keprofesiannya. Bukan. Tapi memang kenyataan tak membohongi. Saya rasa kawan-kawan satu profesi pernah mengalami hal yang sama. Tapi untungnya saya tidak sepenuhnya (Maaf.. sedikit mengelak), saya hanya mengamati murid-murid yang kebetulan melakukan apa yang saya tuliskan di paragraf kedua di atas.   

Hanya saja, mereka kurang menyadari. Dari siapa mereka mampu mengeja “ulal” menjadi “ular”?. Lalu, dari siapa pula mereka mampu membaca “Ini ibu Budi”?. Dan, dari siapa juga mereka mengetahui bahwa bumi itu berputar pada porosnya?.  Jika jawabannya bukan dari seorang guru, mungkin memang itu sebuah kenistaan.

Well, di dunia pendidikan yang katanya saat ini sudah mulai sejahtera, ternyata masih banyak juga kesejahteraan guru yang belum tersejahterakan. Padahal, guru-gurupun sudah merendahkan hati melalui kata-kata “pahlawan tanpa tanda jasa”. Yang tak ingin disebut berjasapun, juga ingin hidup selayaknya sejahtera. Sejahtera sekali dengan upah 6500 per jam dan keluar selama 3 bulan sekali. Saking sejahteranya, terkadang tercletus kata-kata “Guru dibayar murah untuk memperbaiki akhlak dan karakter anak bangsa, sedangkan artis dibayar mahal untuk merusak akhlak anak bangsa”. Tapi sayang, sindiran itu tidak terlalu peka. Dalam hal ini, seorang guru memang layak disebut keren.  

Lain lagi dengan guru muda yang harus kehilangan pacarnya akibat muncul meme-meme yang mengundang keminderan dan kecemburuan, seperti “menantu idaman itu pegawai bank”, “bidan = bidadari idaman”, “dokter adalah idola para polisi”, dan “99% perawat itu setia” . Kejombloan yang lama pun terjadi. Tapi mereka tetap keren, bertambah keren lagi setelah mereka membalas sengit meme tersebut dengan “Guru aja sabar ngadepin murid-muridnya yang nakal, apalagi ngadepin kamu yang suka nakalin banyak wanita”. Alhasil, banyak lelaki yang kebingungan memilih pasangan hidup. Gkgk... 

Anda boleh tertawa membacanya, karna tulisan-tulisan di atas hanyalah fiksi belaka. Namun, jika di antara anda ada yang menganggap sebaliknya, itupun sesuai harapan saya. Lebih berharap lagi jika Pak Anis Baswedan berkenan menyerapi artikel ini. Kami para pendidik hanya tak enak hati datang ke kantor beliau pada “hari buruh internasional”, upps salah maksud saya “hari pendidikan nasional” yang diperingati beberapa hari yang lalu. Maaf, saking easy going nya, terkadang sering salah sebut antara guru dengan buruh. Thanks for reading. :) 

2 komentar:

  1. Humsss ...enak yah dibacanya...isinya juga bagus tuh...yang nulisnya merasa enak gak menjadi guru???. Semoga setelah ini merasa enak menjadi gurunya guru atau mungkin lebih jauh menjadi pengganti Pak Anis Baswedan...who knows...ya kan?.

    BalasHapus