Selamat Datang bagi Anda yang Percaya pada Perjuangan

Sabtu, 05 Desember 2015

Mereka, Para Alumni Peraih Beasiswa




Cited from my book "Guru Madrasah di TESOL Asia" 

Setiap pertemuan dengan seseorang seakan membawa pelajaran berharga bagi saya. Berbagai cerita dari teman-teman sesama presenter konferensi TESOL Asia membuat saya iri dan lebih termotivasi. Saya akui, saya hanyalah seorang guru biasa dengan pengalaman dan kemampuan yang biasa-biasa saja. Keheranan saya pasti muncul saat saya bertemu orang-orang luar biasa yang dulunya biasa-biasa saja seperti saya. Tahapan yang harus saya lalui sebelum benar-benar menjadi luar biasa seperti mereka.

Motivasi itu muncul setelah sholat dhuhur berjamaah bersama para rekan wanita dari Indonesia. Mereka yang semuanya dosen dari berbagai daerah seperti Padang, Makassar, Kalimantan, dan Semarang, membagikan cerita hidupnya kepada seorang junior seperti saya.

Berawal dari sebuah perkenalan dengan seorang wanita cantik dari Padang. Mukenah beliau yang saya pinjam, membuat saya ingin bertanya asal dan nama beliau. Wulan Fauzanna, seorang dosen Universitas Andalas yang juga mempresentasikan hasil penelitiannya di Tesol Asia. Perkenalan ringan dengan beliaupun berlanjut ke sebuah cerita lampau yang membanggakan.

Tahun 2004, beliau menerima kabar bahagia dari salah satu penyelenggara beasiswa luar negeri Australia Awards Scholarship (AAS). Berita mengejutkan saat pertama kalinya beliau mendaftar dan pertama kalinya juga beliau dinyatakan sebagai awardee (sebutan peraih beasiswa AAS). Setelah satu tahun menerima gelar Sarjana Sastra Bahasa Inggris dari Universitas Andalas dan mendapat jabatan Pegawai Negeri Sipil di Universitas tersebut, saat itu juga beliau berinisiatif mencari beasiswa Master di Australia. Setelah mencapai nilai IELTS yang mencukupi dan selesai mengikuti Pre-course, beliau menyiapkan keberangkatannya ke Monash University. Sebelum berangkat, orang tua beliau meminta agar beliau menikah dahulu dengan seorang laki-laki yang melamarnya. Calon suami yang juga pemburu beasiswa, akan menempuh pendidikan Master di Jepang pada tahun yang sama. Pernikahan mereka dilaksanakan, dan beberapa bulan setelah menikah mereka terpaksa berpisah sementara ke negara tujuan masing-masing. Di sela liburan musim panas, beliau berniat berlibur ke Jepang menjemput suaminya. Saat pulang kembali ke Australia, tak disangka beliau mengandung dan melahirkan anak pertamanya di Australia. Alhasil, beliau pulang dengan gelar Master of English as International Language dan seorang anak laki-laki yang tampan.

Mendengar cerita beliau, rasanya saya juga ingin mengalaminya. Sayapun juga mengadukan pada beliau bahwa saya sudah 2 kali mendaftar beasiswa yang sama dengan beliau. Tanpa sungkan, beliau terus memotivasi saya untuk tidak menyerah. Apalagi, konferensi internasional seperti itu akan menjadi perhatian khusus dalam proses seleksi bagi penyelenggara beasiswa. Pertanyaan saya terus mengalir tentang bagaimana saat beliau test wawancara, bagaimana kehidupan di Australia, bagaimana pendidikannya, bagaimana makanannya, dan banyak sekali. Di perpisahan kami, sayapun diberi kartu nama oleh beliau sebagai bukti perkenalan.
           



















Cerita dari peraih beasiswa lainnya datang dari seorang mahasiswi yang sedang menempuh Master di Inggris melalui beasiswa LPDP. Junita Duwi Purwandari, seorang peraih beasiswa yang mengambil jurusan MA in Applied Linguistics and TESOL di Newcastle University. Biaya konferensi TESOL itu ditanggung penuh oleh penyelenggara beasiswa sebagai salah satu biaya yang harus dicover saat menempuh pendidikan. Beliau mengaku, Master by Coursework yang sedang beliau tempuh akan segera selesai. Master by Coursework adalah program Pasca Sarjana yang tidak mewajibkan mahasiswanya mengambil Thesis di akhir masa study dan program itu dapat ditempuh selama 1 tahun. Obrolan singkat kami di jalan setelah sholat Dhuhur bersama itu terhenti saat konferensi kembali dimulai.

Motivasi lainnya datang dari Professor Bambang Setiyadi, seorang guru besar Universitas Lampung. Saya yang kerap mendengar namanya, baru menatap wajah beliau saat berangkat bersama ke Filipina. Cara berpikir beliau yang luar biasa dapat diadopsi bagi semua orang yang percaya pada perjuangan. Master beliau yang diperoleh dari Amerika melalui beasiswa, berlanjut dengan Ph.D beliau yang juga dibiayai penuh oleh pemerintah melalui Beasiswa Dikti di La Trobe University. Bahkan, beliau menularkan semangatnya pada saya saat beliau bercerita IELTS bukanlah syarat mutlak lulus beasiswa. Pengalaman beliau dengan beribu karya tulis yang memenuhi CV beliau, seakan membutakan universitas-universitas luar negeri untuk memberikan LoA nya walaupun tanpa sertifikat IELTS. Professor yang selalu bersemangat menceritakan perjuangannya itu membuat saya speechless dengan apa yang beliau bicarakan. 


Cerita berikutnya datang dari sepasang suami istri yang luar biasa, Buk Yanuarti dan Pak Saefurrohman. Perkenalan kami di bis Site Skill Training membawa saya untuk lebih menghargai perjuangan. Pak Saefurrohman, seorang dosen Universitas Muhammadiyah Purwokerto dengan senangnya menjadi peraih beasiswa pada tahun 2013 di Angeles University Foundation (AUF) Filipina. Beliau dibiayai penuh oleh Dikti untuk menempuh Doctor di universitas tersebut. Diperkenankannya keluarga untuk dibawa, membuat beliau berniat mengajak istri dan anak-anaknya ke Filipina. Namun, anak-anak beliau terpaksa dikembalikan ke Indonesia agar tidak menganggu pendidikan mereka. Istri beliau, Buk Yanuarti berniat hanya menemani suaminya di negara orang setelah 8 tahun lulus dari bangku Sarjana. Namun, atas inisiatif dan motivasi suaminya yang luar biasa, beliau dikuliahkan oleh suaminya menggunakan biaya Dikti yang setiap bulan diterimanya. Alhasil, setelah 3 tahun di Filipina mereka pulang ke Indonesia dengan masing-masing membawa gelar Doctor dan Master dari Universitas yang sama, Angeles University Foundation (AUF).


Cerita-cerita luar biasa dari para peraih maupun alumni peraih beasiswa luar negeri yang saya temui di konferensi TESOL Asia cukup membuat saya terbangun dari lelahnya berjuang. Dengan seriusnya saya memperhatikan betapa bahagianya saat mereka menceritakan impiannya yang tercapai, saat itu juga saya berdo’a dalam hati “Izinkan saya menceritakan hal yang sama pada orang yang saya temui kelak”. Insyaallah semoga suatu saat nanti saya seperti mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar