Selamat Datang bagi Anda yang Percaya pada Perjuangan

Selasa, 11 Agustus 2015

Apply Beasiswa or Undian Berhadiah?


Tak disangka, kata-kata menyedihkan saat membuka bungkus snack berhadiah, membuat para pembeli geram dan semakin penasaran.Pasalnya, kalimat “Anda belum beruntung, coba lagi!” bukannya membuat mereka psimis tapi malah membuatnya semakin optimis untuk beli snack lagi. Alhasil, diboronglah satu pack snack itu, lalu dibuka bungkusnya satu-satu sampai ketemu kata “Selamat, anda beruntung!”. Anda pernah melakukannya? Hahaha... kok sama!

Gan, itulah perjuangan! Tak disadari bukan? Perjuangan demi mendapatkan hadiah “penjepit rambut kecil” atau “miniatur robot yang tak seberapa” di dalam bungkus snack. Lalu, haruskah memborong semua snacknya? Jika anda berkata “harus”, maka anda lah pejuang yang sebenarnya. Pepatah jawa mengatakan “Lek kepengen turah, yo kudu gelem kutah”. Anda mungkin sudah mulai memikirkan makna di balik cerita di atas yang memalukan namun tak bisa terelakkan.

Jika anda pejuang beasiswa, lalu samakah dengan pejuang snack berhadiah? Mari pikirkan itu baik-baik. Seharusnya sih sama karna sama-sama berjuang. Tapi mungkin saja langkahnya berbeda. Pejuang beasiswa tak hanya membuka website beasiswa lalu ditutup lagi, tak hanya membayangkan persyaratannya lalu nge-downsenge-down-ngedownnya, tak hanya melihat pesawat melintas lalu berkhayal terbang ke Inggris, tak hanya melihat deskripsi negara Itali lalu kebawa mimpi, tak hanya ingin menyaksikan musim gugur lalu tak bisa tidur. Lantas, seperti apakah pejuang beasiswa yang sesungguhnya? Pejuang yang ulung adalah seperti pejuang snack berhadiah yang berani mencoba membuka bungkus pertama meski gagal, dan mencoba membukanya lagi untuk kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, bahkan ketujuh kalinya.

Yang perlu diresapi adalah, pejuang beasiswa seharusnya optimis mencari bungkusan “Congratulation!!!” dalam perjuangannya yang beberapa kali. Tapi itulah kenyataan yang berbeda dengan pejuang snack berhadiah.Siapa yang tahu di percobaan ke berapa kita akan berhasil. Tugas kita hanyalah berusaha keras, berusaha lebih keras, dan berusaha lebih keras lagi. Bercermin mungkin saja bisa menjawab pertanyaan besar “Kenapa saya gagal?”, “Sudah seberapa besarkah usaha saya?”, “Pantaskah dengan usaha seperti ini, saya berhasil?”. Keberhasilan hanyalah soal waktu, sekarangkah, tahun depankah, atau beberapa tahun yang akan datang.

Seperti yang saya rasakan. Ketika gagal datang, sedih sih pasti!.Tapi menyindir diri sendiri lebih sering saya lakukan,salah satunya melalui artikel yang saya tulis ini. Tak lain, hanyalah untuk membangkitkan keadaan seperti semula. Pejuang beasiswa sangat riskan sekali dengan keadaan emosional yang terkadang naik turun. Yang bisa menstabilkannya hanyalah motivasi. Jika orang lainpun enggan memotivasi, ya diri sendiri lah yang harus melakukannya. Why not, huh!

Kegagalan demi kegagalan alhamdulillah menambah nikmat saya untuk berjuang, tak lolos Student Exchange ke USA tahun 2012, gagal juga ikut FLTA AMINEF ke USA tahun 2014, gagal lanjut Master Study di Indonesia, gagal berkali-kali saat test TOEFL, dan gagal administrasi berkas beasiswa MASTER Degree AAS ke Australia tahun 2014. Rasanya saya trauma untuk mencoba lagi, tapi orang-orang yang punya cerita kegagalan lebih banyak dari saya, secara tidak langsung membangkitkannya lagi. Hingga saya sadar, perjuangan saya belum seberapa! Lalu, ukurlah seberapa perjuangan anda setelah melihat kegagalan saya! Mungkin saja jauh lebih banyak atau masih di bawah saya. Who knows!

Tahun 2015, adalah tahun kebangkitan saya yang luar biasa. Alih-alih mengingat masa lalu saat berburu “uang Rp. 5000” di snack berhadiah, sayapun menerapkannya saat berburu beasiswa di tahun ini. Dengan bermodalkan motivasi yang tinggi,jabatan guru honorer muda, prestasi yang gak seberapa, keadaan tempat tinggal yang rawan, publikasi seadanya, English Profeciency yang gak bagus-bagus amat, saya nekad mengundi nasib dengan beberapa aplikasi ke 3 negara berbeda; Australia, Amerika, dan Selandia Baru. Disebutnya beasiswa itu dengan beberapa istilah berikut; Australia Awards Scholarship (www.australiaawardsindonesia.org) , Fulbright Master Degree Program (www.aminef.or.id), dan New Zealand ASEAN Scholars Awards (www.aid.govt.nz/schols). Bagaimana bisa?, Rumitkah?, 3 sekaligus dalam waktu bersamaan?

Rumit sih pasti, tapi jika sudah niat serumit apapun insyaallah bisa diatasi. Dont you believe? Hanya modal satu sertifikat TOEFL, dan satu pokok personal statement, ternyata kita bisa menduakan bahkan menigakannya.Anda pasti tahu kan, ada banyak sekali jenis beasiswa yang menawarkan kebutuhan belajar yang sangat bervariasi. Ada yang membolehkan membawa keluarga dan ada juga yang tidak, ada yang hanya mengcovertuition fee nya saja, ada yang stipend per bulannya sangat royal, dan ada juga yang pas-pasan. Yang jelas, anda harus cerdik dalam mencari selingkuhan yang berbobot. Dan, sayapun baru mempelajari kriteria selingkuhannya. Kita lihat apakah berhasil semua, atau gagal semua, ataukah berhasil salah satunya? Ihh.. horor banget kalo ngomongin hasil.

Setiap aplikasi beasiswa memang selalu ada kolom, “If you are currently applying for other scholarship programs or holding any other scholarship, please specify program and status ofyour applicationyang harus diisi (APPLICABLE/ NOT APPLICABLE) oleh applicants. Pasalnya, penyelenggara beasiswa mana yang mau diduakan? Mereka pasti tak mau merugi atas applicants yang tiba-tiba menolak atau membatalkan di tengah jalan. Lalu, kenapa saya melakukannya? Sedikit licik memang, tapi nasib orang siapa yang tahu. Setiap aplikasi beasiswa yang berbeda, kolom tersebut selalu saya kosongkan. Sekali-kali PHPin penyelenggara beasiswa. Hahak.. Keliatannya terlalu PEDE, namun sebenarnya mereka TAK MUNGKIN juga memperebutkan sosokgak seberapa seperti saya. Hihih!

Dan pada kenyataannya saya sudah ditolak oleh salah satu dari ketiganya. Uhh, so hurty.. :’(. Pada tanggal 6 Agustus 2015 yang lalu, hape saya berdering tanda pemberitahuan email masuk, tak sengaja saya langsung membukanya, dan berisi :

Dear Eka Pra Setiyawati,

We thank you for your recent application for New Zealand ASEAN Scholarship. We regret to advise you that your application was unsuccessful. Please find attached, an official letter of your application outcome. We thank you for your interest and wish you all the best in your future endeavors.

Best regards,
New Zealand Scholarships Team.

Anehnya, saya malah tersenyum lebar setelah membacanya. Pasalnya, saya sudah memprediksi kegagalan itu. Alhamdulillah emosi saya tetap stabil. Karna target beasiswa tersebut adalah orang-orang bagian Timur yang dianggap belum maju, jadi saya pikir masih banyak yang lebih membutuhkan dari saya. Perlukah saya ke Papua? Ohh tidak perlu. Cukup tunggu saja dua keputusan lainnya sampai akhir tahun ini, dan saya tidak tahu apa yang akan terjadi.

Selagi masih bisa berdiri, bangkit, dan berusaha, impian mana yang tak mungkin ditaklukkan. Your dream comes true, only if you make it true, cited in Hitam Putih.Salam beasiswa!


2 komentar:

  1. Semanngat ya mbeb.. :*
    Mungkin sruh nikah dlu.. :p
    Nikah kan bawa rizki..

    BalasHapus
  2. Iya mbeb.. :*
    Biar yng muda2 dulu lah yng nikah duluan, yng tua masih berkarya :p

    BalasHapus