Selamat Datang bagi Anda yang Percaya pada Perjuangan

Minggu, 16 Agustus 2015

JALAN PANJANG MENUJU CLARK, FILIPINA (PART I)



Tak sabar rasanya ingin mengungkapkan semuanya lewat tulisan ini. Tulisan abadi yang sengaja saya buat agar memotivasi anak cucu saya nanti, tulisan-tulisan yang entah ke berapa kalinya singgah di blog kesayangan, blog yang saya buat 3 tahun yang lalu di warnet dekat kost-an, yang tiba-tiba penuh saat saya merasa ingin menyendiri, mengetik kata demi kata yang dibarengi dengan air mata, dan mengungkap semua angan dan kenyataan yang saya anggap impossible. Saat itulah, saya sedikit mampu mendewasakan diri setelah kehilangan arah satu tahun yang lalu. Ahhh sudahlah, jadi melow gini.. 

Well, anda pernah menemui kalimat ini “There’s light at the end of the tunnel”?, Tahu artinya?. There is = ada, light = cahaya, at = di, the end of = ujung, the tunnel = terowongan. Lalu apa maksudnya? Anda akan lebih memahami maknanya di akhir cerita saya ini. Here we go

Cerita kali ini, tak jauh jauh dari beasiswa namun tepatnya juga bukan tentang beasiswa. Meskipun masih ada hubungannya dengan aplikasi beasiswa. Nah, muter-muter! Dalam aplikasi beasiswa AAS (Australia Awards Scholarship) 2015 ini saya sudah cantumkan “Combination” (antara research dan coursework) di kolom Type of Study. Artinya, mau tidak mau saya harus melakukan 50% riset dan 50% kuliah di kelas saat menempuh Master Study nanti. Calon pembimbing saya (Mr. Michelle Kohler) di Flinders University yang telah menyetujui permintaan saya pun sudah akan menggodok kemampuan riset saya nantinya jika lolos beasiswa, ingat jika LOLOS. Kepikiran dengan hal itu, saya berniat menambah pengalaman riset saya yang masih NOL BESAR sebelum benar-benar dinyatakan sebagai awardee (sebutan untuk penerima beasiswa AAS). Diadakanlah penelitian kecil-kecilan di salah satu kelas di mana saya mengajar. Namanya penelitian tindakan kelas atau sering disebut PTK. Classroom Action Research itu sangat matang saya peroleh saat beberapa bulan sebelum diwisuda. Artinya, langkah dan tujuan risetnya masih lengket sekali di otak saya. Walaupun proposal riset yang saya ajukan ke AAS berupa RND (Research and Development), setidaknya saya mempunyai research records yang bisa menambah poin plus di CV saya. Hmmm... 

Tak berhenti disitu, ketika melihat-lihat new feeds di FB, dosen saya mengupload salah satu artikelnya yang telah dimuat di Jurnal Internasional. Wow, keren juga ya.. Hati kecil sayapun iri, lalu kebayang dan hanya membayangkan tanpa menginginkan sesuatu. Bagaimana kalau penelitian iseng-isengan itu saya ajukan ke Jurnal Asia ya? Sekali lagi, ini hanya membayangkan saja, membayangkan untuk kedua kalinya. Pasalnya, tahun lalu abstrak skripsi saya pernah saya ajukan ke konferensi yang sama, dan ditolak. Sebagai gantinya, atas kehendak Allah, saat itu dosen pembimbing skripsi saya tiba-tiba memanggil saya untuk meminta persetujuan bahwa skripsi saya (satu-satunya dari semua skripsi bimbingan beliau) akan dimasukkan ke Jurnal Prodi Bahasa Inggris dan beliau sebagai peneliti keduanya. It’s fine sir, with pleasure. Begitu saya menjawab dan dalam hati berkata “kalo gak bisa ke Jurnal Internasional, Jurnal lokal dulu tak apalah”. Lalu, serasa hati saya mengiyakan untuk mencoba mengajukan ke konferensi internasional untuk kedua kalinya pada tahun ini. 29 Mei 2015, dikirimlah abstrak penelitian itu ke website Asian EFL Journal Conference. 12 jam setelahnya, sang Administrative Assistant, Eva Guzman pun membalas email saya dengan diawali kata “Greeting!”. Alhamdulillah, baru membaca kata itu saja saya sudah excited banget, tanpa melanjutkan kalimat setelahnya. Karna saya sudah PEDE abstrak saya pasti diterima. Huahah..

LoA (Letter of Acceptance) pun sudah tersimpan di file download, lalu saya terdiam memikirkan biaya akomodasi, registrasi, dan SANGU nantinya. Oh God!! Ternyata sementara sekali senengnya. Berkurang lagi senengnya saat saya tak berani mengatakan masalah biaya pada orang tua saya. Hingga akhirnya ada yang menyarankan untuk membuat proposal permohonan dana. Beberapa hari setelahnya, dengan persetujuan dan surat tugas dari Kepala Madrasah, proposal saya sudah siap diajukan. Ada beberapa institusi yang saya targetkan, dan saya prediksi akan menghasilkan. Diantaranya ; Pemda Lampung Timur, Kemenag Lampung Timur, BMT Mitra Dana Sakti, PT. PGN Labuhan Maringgai, dan Sekolah tempat saya mengajar.

Saya ikat bendera di kepala erat-erat, saya gulung lengan baju saya, saya cincing rok hitam yang sering saya pakai, saya tarik nafas dalam-dalam dan berkata “Bismillahirrohmanirrohim”. Perjuangan pun dimulai. Dimulai dengan modal nekad, tanpa ada keberanian tinggi, dan tanpa pernah melakukannya sebelumnya. Pasalnya, saya bukan organisator ulung jaman kuliah dulu. Saya juga tak pernah menjadi seksi humas saat ada event apapun. Saya hanya anak rumahan, yang sering berinteraksi dengan laptop, tv, handphone, dan buku saja. Jujur, saya tak pandai menghadapi orang GEDE’AN. Saya hanya bisa bermodalkan “Robbi Srohli Sodri Wayasirli Amri, ilaakhirihi.....” yang dipesankan oleh rekan saya.

8 Juni 2015 adalah awal kaki ini melangkah dengan membawa 2 proposal berbeda yang ditujukan ke arah yang sama, Pemda Lampung Timur dan Kemenag Lampung Timur. Kebetulan, dua tempat itu sama-sama berada di Sukadana. Di luar dugaan, bapak saya yang awalnya selalu beda pendapat dengan saya dan selalu melarang saya untuk ini itu, malah dengan setia menemani perjuangan saya kesana kemari. Sebaliknya, ibu saya yang biasanya selalu mengerti kemauan anaknya malah membuat saya ngedown dan psimis. Sungguh aneh!

Saya dan bapak menggebu-gebu tanpa arah saat memasuki kantor Pemda Lam-Tim, target pertama saya. Semua orang ditanya, bagaimana dan kepada siapa saya harus memberikan proposal saya ini? dan satu jawaban yang meyakinkan kami dapat, kepada Sekretaris Daerah. Ditemuilah ibu Sekda itu diruangnya, namun tutup. Satpol PP menyarankan kami untuk menunggu sebentar, namun sudah hampir 1 jam tidak muncul juga. Perut yang berbunyi terus saya ganjal dengan snack Malkist tanpa air minum. Saat itu adalah tengah hari terik yang membuat perut cepat kosong dan dahaga. Lalu, kami memutuskan untuk menyusul ibu Sekda yang katanya sedang rapat. Alhasil, kami berhasil menemui beliau di ruang DP2KD. Saya juga tidak tau apa kepanjangan dari DP2KD, yang jelas orang-orang disana menyebutnya seperti yang saya dengarkan itu. Ibu Sekda yang sedang sibuk menata berkas-berkas menghentikan pekerjaannya setelah saya menyapanya, dan menyerahkan proposal saya. Beliau pun tidak langsung menerima proposal saya, disuruhnya saya menemui staff di Kabag Umum untuk mendisposisi proposal saya sebelum masuk ke Sekda. Alhamdulillah sudah didisposisi, lalu saya serahkan kembali kepada Bu Sekda. Beliau dengan senang hati menerima proposal saya dan meminta no contact person saya (lagi) padahal sudah ada di biodata dalam proposal saya. Dan berkata “Tunggu saja kabar dari sini, nanti jika sudah tembus insyaallah dikabari ya Eka.” Saya pun sudah lega se lega-leganya. Setidaknya proposal saya sudah masuk.

Target kedua ; Kemenag Lam-Tim. Kami datangi kesana yang berjarak 2,5 kilogram dari Kantor Pemda Lam-Tim (Ehh.. Kilometer). Karna sudah belajar dari target pertama, di Kemenag pun langsung saya masuki ruang Kabag Umum agar proposal saya didisposisi terlebih dahulu. Sayangnya, pejabat setempat sedang tidak ada. Jadi saya tinggal begitu saja dengan lagi-lagi dimintai contact person oleh staff Kabag Umum. Lalu, saya pulang dengan harapan besar bisa dipanggil secepatnya. Setiba dirumah, dengan begoknya saya baru kepikiran “Kok tadi gak minta CP orang sana ya!, gimana mau memantau perjalanan proposalnya!, ahhh... Ekaa!!!” (Kesal pada diri sendiri).

     
Target ketiga ; BMT Mitra Dana Sakti. BMT yang terbesar di Lampung Timur itu berada tidak jauh dari rumah saya, sekitar 20 menit perjalanan. Saya telpon General Managernya untuk mengetahui kapan beliau bisa ditemui. Kebetulan, sebelumnya sudah pernah ngobrol dan sharing di suatu acara wisuda di sekolah yang beliau dirikan. Sehingga, saya tak canggung lagi untuk sekedar ingin menyampaikan proposal saya. Keesokan harinya, tepat jam 8 pagi saya menemui beliau di kantor pusat BMT Mitra Dana Sakti Semarang Baru. Saking keasikan sharing tentang PERJUANGAN, yang tadinya beliau buru-buru akan pergi ke Bandar Lampung, akhirnya dicancel. OMG... bagaimana tidak, ngobrol dari jam 8 sampai jam 10.30. Sungguh luar biasa perjuangan beliau yang dari NOL itu. Serasa saya mendapat pelajaran hidup setelah mendengarkan cerita mirisnya. Tapi point utama saya adalah PROPOSAL, jadi dibacanya proposal saya dengan sangat teliti dan menginterogasi ini itu, lalu menyuruh saya untuk meninggalkan kertas-kertas berarti yang saya masukkan ke map warna merah itu di atas meja. Dan beliau berkata “Insyaallah nanti saya kabari mba Eka”. Kata-kata yang sama dengan orang-orang di target pertama dan kedua. Saya pun pamit pulang dengan harapan yang sangat besar juga. 

Target keempat ; PT. PGN Labuhan Maringgai. Perusahaan gas negara yang sekitar 15 kilo dari rumah menjadi target saya selanjutnya. Perusahaan yang pernah berbaik hati memberi beasiswa pada saya saat menempuh S1 sangat saya harapkan bantuannya untuk kedua kalinya. Saya langsung datangi kesana, lalu saya titipkan proposal saya pada security di gerbang masuk. Sebelumnya, sudah saya konsultasikan pada salah satu pegawai kecamatan, orang yang merekomendasikan saya mendapatkan beasiswa PGN saat itu. Beliau pun hanya bisa mengkoordinir beasiswa kolektif, bukan individual seperti proposal saya. Dan lagi-lagi saya pulang begitu saja dan lupa meminta contact person orang perusahaan. Dan security yang tak banyak bicara itu juga tak berkata apa-apa. Subhanallah ekaaa...!!!  Kzl, Kzl, Kzl...

Target terakhir ; MA Ma’arif 06 Pasir Sakti. Sebelum saya melangkah pada target pertama sampai keempat, Kepala Madrasah sayapun sebenarnya sudah paham. Beliau merespon baik laporan saya atas dimintanya saya menyajikan hasil penelitian di Clark dan meminta saya untuk menghadirinya. Dan kata-kata terakhir beliau yang melekat di ingatan saya “Insyaallah nanti dari sekolah juga membantu Miss Eka”. Ahahaha... itu yang saya tunggu-tunggu. Semua surat tugas, surat permohonan, dan lain lain di proposal saya sudah selesai ditandatangani oleh beliau. Obrolan kecil dengan beliau pun saya akhiri dengan ucapan “Terimakasih banyak” dan berjabat tangan. Nama MA Ma’arif 06 Pasir Sakti jelas-jelas ada di abstrak yang saya kirim ke Asian EFL Journal. Jadi, saya sangat yakin dan berharap besar dengan anggapan “Saya ke Phillipin membawa siapa?”.

Semua target sudah terlaksana. Sekarang penasaran kan dengan hasilnya. Coba tebak berapa yang saya peroleh, dari nominal 2 juta – 10 juta? Ahahah.... Check it out on part II..!

To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar