Selamat Datang bagi Anda yang Percaya pada Perjuangan

Minggu, 30 Agustus 2015

JALAN PANJANG MENUJU CLARK, FILIPINA (PART II)


Bayangan memang terkadang tak sesuai dengan kenyataan. Tapi, terkadang juga kenyataan tidak lebih buruk dari bayangan. Jika usaha sudah terlampaui, hanya doa dan tawakal yang menyusul setelahnya. Ketika dalam keadaan terhimpit, saya sering teringat isi cerita Ust. Yusuf Mansyur di Radio Ramayana yang sering saya dengarkan setiap jam setengah 6 pagi dan sore saat di kost-an dulu. 

Seorang laki-laki yang terjerat banyak hutang dan nyaris cerai dengan istrinya, yang tak punya apa-apa lagi selain pakaian yang ia gunakan, berniat bunuh diri namun belok ke masjid setelah mendengar adzan. Mampirlah dia ke masjid, lalu membaca salah satu surat dalam Al Qur’an setelah sholat Subuh yang disarankan oleh imam masjid. Atas kehendak Allah, ada banyak hal di luar nalar yang dialami laki-laki itu. Sehingga, semua masalahnya selesai dengan cara Allah yang tak pernah disangka oleh hambaNya. Kunfayakun!
Sayapun mengadopsinya, membaca surat Al waqi’ah sehabis sholat Subuh. Dan kita lihat dengan cara Allah, apa yang akan saya alami. Here we go..!

Sebulan setelah saya mengajukan proposal ke Pemda Lam-Tim, saya coba melacak sudah sampai mana proposal saya. Saya berangkat dari rumah jam 7 pagi dan tiba di sana jam 9 pagi. Di target pertama saya, Pemda, langsung saya hampiri staff DP2KD menanyakan proposal saya. Mereka pun bertanya balik, proposal apa mbak? Masuk tanggal berapa? Saya menjawab proposal konferensi Asian EFL Journal di Filipina masuk tanggal 8 Juni 2015. Mereka mencoba mencari di buku pendataan, dan tidak menemukannya. Mereka yang menganggap proposal saya sebagai proposal konferensi Asia Afrika menyatakan tidak tau, dan sepertinya belum masuk ke DP2KD. Muka saya berubah pucat, dan bertanya pada mereka “Kira-kira lama gak ya mbak prosesnya”?. “Ohh ya bisa setahun baru cair mbak. Kalaupun sudah diproses, pasti proposal mbak mampir ke kita juga. Prosesnya itu panjang, harus melewati 3 tahap dulu baru bisa nyampek ke kami”. Begitu mereka menjawab. Saya terdiam, lalu mereka menyarankan agar saya menemui orang yang pertama kali menerima proposal saya, Ibu Sekda. 

Bergegaslah saya ke ruang beliau, dan melaporkan apa yang menjadi maksud saya. Dicarinya lagi tanggal masuk proposal saya, dan tidak ada kata beliau. Saya bertambah pucat. Lalu beliau menyarankan saya untuk menanyakan pada Kabag Umum. Kembali saya ke ruang yang saya lewati saat menuju ruang Sekda tadi. Dengan cemas saya bertanya, “Pak, adakah proposal dari MA Ma’arif Pasir Sakti yang masuk tanggal 8 Juni 2015”?. Tak lama, langsung dicari oleh beliau namun sampai 30 menit pun tak ada hasil sama sekali. Saya serasa ingin menangis di hadapan beliau. Saya kembali lagi ke ruang Sekda dengan mata berkaca-kaca dan mengadukannya. Dibukanya lagi buku pendataan beliau, ternyata kata yang ditulis pertama bukan MA Ma’arif Pasir Sakti melainkan Eka Pra Setiyawati. Haahhh... muka kusut saya drastis berubah jadi senyum lebar se lebar-lebarnya. Alhamdulillah. Beliau menyuruh saya ke ruang Protokol, di lantai dua. Pasalnya, proposal saya sudah naik kesana artinya tahap Sekda sudah terlewati. 

Tanpa lama-lama, saya langsung memeriksa kesana. Saking optimisnya, sampai-sampai saya salah ruang. Bertanyalah pada satpol PP disana, dan ketemu. Saya cek ulang, lagi-lagi mereka merasa tidak menerima proposal saya dari Sekda. Saya berusaha meyakinkan mereka bahwa Ibu Sekda sudah menyampaikan kesini. Dicarinya lagi, dan ketemu. Ternyata proposal saya sudah masuk ke DP2KD, ruang yang pertama kali saya tuju dan menganggap proposal saya sebagai konferensi Asia Afrika. Hahaha.. Ketika saya menghampiri mereka lagi dengan membawa catatan pengantar dari bagian Protokol, mereka keheranan dan mencari lagi proposal saya di buku pendataan. Ketemu sudahh.. “ohh dari MA Ma’arif ya, kirain tadi bilangnya Konferensi Asia Afrika”. Saya hanya tertawa mendengar celotehan mereka. Sambil menulis kode masuk proposal saya untuk diberikan ke bagian keuangan, dengan antusiasnya mereka juga menjelaskan tahapan pencairan dana yang paaanjang dan lamaaa. Mulai masuknya proposal ke Kabag Umum – Sekretaris Daerah – Protokol – DP2KD – Bagian Keuangan – Pos Bantuan – Pencairan. Huuuh.. saya mengusap dahi yang penuh keringat itu, setidaknya proposal saya sudah hampir ke tahap pencairan.

Sigap dan optimis, saya percepat langkah ke bagian keuangan yang tidak jauh dari DP2KD. “Mbak, saya mau ngecek proposal saya dari sekolah blah blah blah dan masuk tanggal blah blah blah, apakah SK nya sudah keluar?”. Petugas yang sedang santai dengan santainya juga membuka laptopnya dan mencari data-data proposal yang ada. Sambil menunggu beliau, dengan tegangnya saya berdoa dalam hati “Ya Allah pliis, pliis, pliis!!”. Lalu, terdengar jawaban “Proposalnya masuk ke perubahan lo mbak, SK nya belum keluar, kalo bisa cair ya mungkin Oktober”. Saya lemaas... jadi gak bisa cair secepatnya ya mbak?, Beliau menjawab, sekarang prosedurnya memang seperti itu. Saya pasang muka melas, “tolong mbak... saya harus berangkat ke Filipina 2 minggu lagi!”. Petugas cantik itupun melimpahkan saya pada atasannya, saya pasang muka melas lagi pada atasannya. “Pak, tolong pak, saya mohoon!”. Beliau yang sedang terburu-buru menghadiri rapat menjawab “Kami hanya sebagai pelaksana mbak, prosedurnya ya memang seperti itu”. Pemda yang saya harap-harapkan akan berkontribusi besar, ternyata sebaliknya. Seakan saya hampir putus asa. Tinggal 1 tahap lagi pencairan, tapi Allah belum berkehendak. Ya sudah, saya pulang dengan tangan dan harapan kosong.

Beberapa hari kemudian, tanggal 11 Agustus 2015, seluruh guru PAUD, TK, SD, SMP, dan SMA se-kecamatan Labuhan Maringgai diundang acara Halal Bi Halal di SD Negeri Karya Makmur oleh Bapak Bupati Lampung Timur, Erwin Arifin. Kesempatan itupun saya gunakan secerdik mungkin. Dengan alasan, saya ingin menghadap pak Bupati secara personal. Di akhir acara, saya hubungi rekan bapak saya yang menjabat sebagai kepala UPTD Labuhan Maringgai. Saya sampaikan ke beliau bahwa saya ingin menyampaikan beberapa hal yang sudah tertulis di proposal saya. Beliau mengiyakan dan menyampaikannya pada asisten yang mendampingi Bupati, petugas protokol. Lagi-lagi, sebelum asisten itu menyetujui, beliau menginterogasi maksud saya menemui pak Bupati. Dengan sengitnya terjawab, “maaf mbak bukannya tidak boleh, prosedur pengajuan dana di Pemda memang seperti itu. Kalo mbak menghadap Bapak, nanti malah terjadi kesalahpahaman antara beliau dan pegawainya.” Oke, saya sudah paham jawabannya. Saya pulang lagi dengan harapan yang lebih kosong.

Esok lusanya, kebetulan saya ikut bapak ke Sukadana. Saya hanya ikut-ikut saja, ternyata bapak menghadiri pertemuan juru bayar se-Lampung Timur dan ternyatanya lagi dihadiri oleh Bapak Bupati. Saya siapkan jurus cerdik lagi. Di akhir acara, saya bermaksud menyindir halus Bupati. Saya dekatkan jarak ke beliau “Pak, doakan saya, tanggal 19 Agustus nanti saya mau ke Filipina menghadiri undangan konferensi TESOL Asia. Dan satu-satunya guru dari Lampung Timur.” Dari ucapan itu, saya berharap beliau akan tersentuh dan memberi uang saku dari dompet beliau sendiri (karna dari Pemda sudah nihil). Beliau merespon dengan baik, dan tiba-tiba mengeluarkan dompet. Saya seenang luar biasaa... Ya Allah jurus saya ampuhh!. Dengan senangnya, saya siap-siap menerima uluran uang dari beliau, tapi ternyata beliau hanya menunjukkan kartu keanggotaan bahwa beliau juga dulunya pernah ke luar negeri untuk urusan tertentu. OMG,,, bayangkan! Rasanya jlebb banget, seperti ditusuk pisau tumpul berkali-kali. Harapan saya sungguh kosong sekali, dan saya memutuskan untuk tidak berharap lagi ke beliau dan juga tempat itu. Target 1 = failed.

Target kedua, Kemenag Lampung Timur. Di tanggal yang sama saat melacak proposal di Pemda Lampung Timur, saya juga mendatangi Kemenag Lampung Timur. Dimintalah saya menemui pak Hasbuloh oleh petugas Kabag Umum. Saya yang tidak tahu seperti apa pak Hasbuloh itu, hanya menunggu sambil memperhatikan tiap orang yang melintas di depan saya. Sampai akhirnya ada ibuk-ibuk yang menunjukkan saya pada beliau. “Pak, saya guru blah blah blah saat itu mengajukan proposal blah blah blah dan sekarang proposal saya sudah sampai mana ya pak?”. Beliau kebingungan, pasalnya beliau tidak pernah menerima proposal yang saya maksud. Dicarinya proposal saya di ruang Kasi Pendidikan. Dan kebetulan tidak lama dari itu, bapak Kasi Pendidikan datang. Beliau yang bernama Pak Daroji, sudah paham dengan proposal saya dan merespon positif. Saya intip beberapa kalimat di proposal saya yang sudah ditandai dengan stabilo oleh beliau. Saya semakin antusias mendengar respon beliau. “Kami sangat mengapresiasi prestasi ibuk ini, tapi insyaallah kami hanya mampu memberi plakat ya buk”, ucap pak Kasi. Saya yang tak tahu harus berkata apa, hanya menunduk dan mengiyakan jawaban beliau. “Iya pak, tidak apa-apa.” Sambil melihat beliau membuka-buka lagi proposal itu, saya pun mengadukan kegagalan pencairan dana di Pemda yang saya datangi sebelum ke Kemenag. Beliau yang mendengarkan cerita saya dengan serius, menjanjikan plakat akan jadi seminggu lagi dan siap diambil. Sayapun pamit pulang dengan dilema yang luar biasa, “Saya ikhlas jika harus membatalkan konferensi ke Filipina, tapi gimana... gimana dengan impian saya? Haruskah saya menyerah?” Sepanjang jalan pulang hanya pertanyaan-pertanyaan itu yang muncul di pikiran saya. Bahkan tak ada seorangpun yang mempedulikan. Air mata saya tiba-tiba jatuh di balik helm yang tertutup rapat. Target 2 = less rocked.
 
Hari-hari terlewati dengan pilu. Seakan saya ingin memantapkan hati untuk membatalkan keberangkatan saja. Namun, tiket pesawat sudah terlanjur saya beli dengan hutang dan tabungan seadanya. Saya galauu dan tak berani mengadukannya pada orang tua, teman-teman, atau siapapun. Mereka mungkin menganggap saya kuat, tapi ironisnya saya yang seringkali memberi nasihat pada teman-teman saya di Grup Beasiswa yang saya bentuk di BBM “Scholarship Corner”, seolah bingung menghadapi masalah saya sendiri. Walaupun psimis, saya tetap memastikan sisa target saya; BMT Mitra Dana Sakti, PT. PGN Labuhan Maringgai dan MA Ma’arif 06 Pasir Sakti. Jawaban yang sama, “Insyaallah NANTI kami akan bantu mbak, miss eka!”. NANTI yang entah kapan, sedangkan waktu tinggal 15 hari lagi menuju tanggal 19 Agustus di tiket pesawat yang sudah saya pesan. Namun, tiba-tiba suatu hari di rekening saya ada uang 4 juta, saya kira dari PT. PGN Labuhan Maringgai tapi ternyata hanya uang mampir saja. PT. PGN Labuhan Maringgai, target 4 = failed.

Hingga suatu malam ada sms masuk dari salah satu pegawai Kemenag, Pak Hasbuloh. Beliau memberi jalan pada saya untuk mengajukan proposal pada KBIH Way Jepara, KBIH Sukadana, dan calon bupati Chusnunia Chalim. Tapi saya memilih mengajukan pada calon bupati saja. Rupanya beliau tersentuh saat saya bercerita mengadukan kegagalan pencairan dana di Pemda pada saat itu. Beliaupun memberi Contact Person calon bupati cantik dari Waway Karya itu. Saya yang tak tau malu, langsung menghubungi Buk Chusnunia Chalim, mengirim pesan tentang blah blah blah. Tanpa memberikan proposal kepada beliau, pesan panjang saya dibalas dengan “Saya bantu tapi ndak bisa semua ya...”. Alhamdulillaaah.... Pak Hasbuloh dengan setianya menjembatani komunikasi saya dengan calon bupati saat pesan saya lama tidak dibalas oleh beliau (maklum, beliau orang yang super sibuk). Hingga akhirnya saya diminta menemui beliau di Pekalongan untuk mengambil uangnya. 

Beberapa hari kemudian tiba saatnya saya harus mengambil uang dari calon bupati dan plakat dari Kemenag. Saat itu tepat seminggu sebelum keberangkatan saya ke Filipina. Seminggu yang belum pegang duit sama sekali. Seminggu yang tak tau akan berangkat atau tidak. Dengan bismillah, saya datangi Kemenag Lampung Timur tepat pukul 9 pagi. Disana saya sudah disambut hangat oleh pak Hasbuloh dan Kasi Pendidikan, Pak Daroji.  Dan dokumenter ternyata juga sudah siap mengambil foto kami saat penyerahan plakat. Pasalnya, foto itu akan dimuat di berita website Kemenag Lampung Timur. Selesai sudah penyerahan itu, saya pun pamit untuk selanjutnya menemui Calon bupati di Pekalongan. Saya yang belum tahu Pekalongannya di mana, tertahan di Warung Makan di Sukadana selama kurang lebih 1 jam. Calon bupati yang tidak bisa dihubungi, membuat saya ingin menyerah saja. Sampai akhirnya saya diberi contact person asisten beliau oleh pak Hasbuloh. Lagi-lagi pak Hasbuloh yang membantu saya, saking terbantunya saya tak henti-henti berterimakasih dan menulis PM di BBM saya “Rizki tak hanya berupa materi, tapi orang baik pun juga meliputinya”. 

Setelah 1 jam tertahan tanpa harapan, akhirnya asisten beliau meminta saya untuk menemui calon bupati Lampung Timur itu di Sekampung. Saya ikuti arahan jalan yang beliau kirim di SMS, sempat nyasar, dan akhirnya ketemu juga. Saya yang hanya bisa melihat wajah cantik beliau di poster-poster pinggir jalan, ternyata bisa berjabat tangan dan cipika-cipiki. Ternyata beliau masih gadis lo... tak lama kita ngobrol, asisten beliau memberikan saya amplop. Sayapun berpura-pura malu untuk membukanya, saya pamit dengan ucapan terimakasih dan berharap beliau terpilih menjadi Bupati Lampung Timur di periode mendatang. Kalo kayak gini, jangan tanya saya pilih calon bupati siapa nantinya... hahahak. Sampainya di rumah, saya bergegas membuka amplop kecil itu, alhamdulillah... saya hitung uang itu pelan-pelan dan hati-hati. Dua juta rupiah... seolah saya tak percaya, Allah memberi jalan rizki lain untuk saya. Saya bersyukur luar biasa, tapi masih tetap ragu “uang 2 juta mana cukup untuk ke luar negeri”. Saya tetap galau... :'(
 
Esok lusanya saat saya di perjalanan mendampingi anak murid mengikuti Lomba Pidato Bahasa Inggris di Kecamatan, tiba-tiba handphone saya berbunyi. Nomor yang tak ada namanya di kontak saya, lalu saya coba mengangkatnya. Saya terdiam mendengar ucapan ibuk itu. Rupanya beliau adalah pegawai Humas Kanwil Bandar Lampung yang melihat berita saya di website Kemenag beberapa hari yang lalu. Saya tidak menyadarinya, beliau begitu tanggap informasi. Dari berita inipun, Bapak Ka Kanwil sangat bangga dan secara pribadi mengundang saya ke kantor Kanwil di Teluk, Bandar Lampung.



 
Saya tak habis pikir, begitu indahnya skenario Allah terhadap saya. Namun di lain sisi, saya masih ragu “Mungkinkah pak Ka Kanwil akan memberi saya dana yah?”. Keraguan itu wajar terjadi, karna saya baru pegang duit 2 juta. Sedangkan 5 hari lagi saya berangkat ke Filipina. Dengan husnudzon, sayapun perbanyak doa sebelum memenuhi undangan beliau yang  diagendakan pada tanggal 18 Agustus 2015.

Tiba saat yang saya nantikan itu, tepat sehari sebelum saya berangkat ke Filipina, dengan didampingi oleh Kepala Madrasah, Kasi Pendidikan Lampung Timur, dan Pak Hasbuloh, saya berangkat ke Bandar Lampung memenuhi undangan pak Ka Kanwil. Saya disambut dengan luar biasa oleh pegawai-pegawai disana. Mereka seakan bangga atas prestasi seorang guru madrasah yang mampu ke tingkat Internasional. Saya dipersilahkan duduk tepat di samping pak Ka Kanwil yang ramah itu. Duduk di kantor mewah dan kursi yang empuk yang tak pernah saya rasakan sebelumnya. Kami ngobrol santai dan lama, hingga tiba saatnya bapak Kasi Pendidikan meminta doa dan pamit untuk pulang. Namun, tiba-tiba saya diberi map putih yang berisi amplop tebal dan panjang. Alhamdulillaaah... walaupun saya belum tau berapa isinya, tapi syukur tak terhingga keluar dari mulut saya. Lalu, kami diminta foto bersama dan lagi-lagi dimuat di website Kanwil.



   
Sungguh kebesaran Allah sangatlah nyata, nyata saya alami saat saya tak mampu memikirkannya dengan nalar yang saya punya. Di mobil saat jalan pulang, saya coba intip amplop di dalam map putih itu, subhanallah... isinya 3 juta rupiah. Total 5 juta rupiah dengan pemberian calon bupati itu. Di tengah syukur yang luar biasa, saya pun masih tetap ragu. “Mana cukup yaa?”. Namun, tiba-tiba handphone saya berbunyi tanda pesan masuk. Ibu saya mengirim pesan bahwa ada titipan amplop dari sekolah tempat saya mengajar (MA Ma’arif 06 Pasir Sakti, Target 5 = rocked) dan isinya 2 juta rupiah. Hari itu seperti Allah memberi hujan uang pada saya. Total sudah mencapai 7 juta rupiah. Saat saya pulang ke rumah, orang tua yang pusing sama sekali sedang tak ada duit, tiba-tiba janji akan memenuhi kekurangan biaya keberangkatan. Pasalnya, esok harinya gaji Rapel seluruh guru cair. Orang tua mana yang tega menghentikan langkah anaknya yang sudah sejauh itu berjuang. Ya allah... saya tak henti-henti meneteskan air mata syukur. Tepat tanggal 19 Agustus 2015, saya berangkat dengan uang seadanya dan secukupnya, 7 juta (hasil ngemis) + 7,5 juta (pemberian orang tua). Satu jam sebelum berangkat ke Bandara Raden Intan Bandar Lampung, bapak Kepala Madrasah menyempatkan diri untuk melepas kepergian saya. Dan beliau juga membawa amplop berisi uang, titipan dari BMT Mitra Dana Sakti (Target 3 = rocked) yang berisi 1,5 juta rupiah. Alhasil, dari 5 proposal yang saya ajukan hanya 3 yang berhasil. Walaupun begitu, Allah buka jalan lain di luar dugaan yang lebih menghasilkan. Dan saya diberi rizki 8,5 juta dalam waktu seminggu. Subhanallah bukan... Sehingga, total uang yang dapat saya bawa bertambah menjadi 16 juta rupiah.

Itulah kehendak Allah, itulah skenario terindahNya. Jika anda tak percaya atas suatu hal, maka bagi Allah semua itu mungkin saja terjadi. KUNFAYAKUN! Akhirnya saya bisa berangkat ke Filipina pada tanggal 19 Agustus 2015, dan membuat sejarah baru di kehidupan saya. Dan kalimat yang selalu saya yakini akhirnya terjawab juga “There’s light at the end of the tunnel”. Semoga cerita nyata ini menggugah semangat juang teman-teman semua. Keep going everybody... :)

3 komentar:

  1. Be the best... because you are the best. Nangis mbk baca ini dek... perjuangan yg sangat luar biasa...

    BalasHapus
  2. Amin mb... :') sayapun ngetik cerita nya sambil nangis. Allah tau doa2 kita dulu mba..

    BalasHapus
  3. selamat Mba atas kegigihan dan keberhasilan perjuanganya...saya saluuutttt sekali dan belum tentu bisa seperti itu...

    BalasHapus